Dan setelah berkata begitu, orang tua itu mengibaskan golok besarnya sehingga berkelebat sinar putih keperak-perakan, menyilaukan mata yang melihatnya.
Cing Kiang Wie dan Kang Wei berdua tertawa bergelak-gelak. Walaupun lawan yang mengurung mereka berjumlah sangat banyak, namun mereka tidak gentar, sebab mereka tidak memandang sebelah mata terhadap lawan-lawan mereka itu. Dan juga memang mereka yakin, bahwa kepandaian mereka lihay dan mahir, dengan mudah mereka akan dapat menghadapi dan merubuhkan semua lawan mereka.
Waktu itu tampak ke duanya tertawa bergelak sangat lama, baru saja orang tua yang rupanya menjadi pemimpin dari rombongan orang tersebut ingin berkata lagi, Kang Wei telah bilang dengan suara yang nyaring:
"Baik! Kami akan menyerahkan diri, nah, silahkan, siapa di antara kalian yang ingin meringkus kami?"
Orang tua itu melengak sejenak, mendengar ke dua perwira tinggi itu malah mengatakan mereka bersedia buat diringkus. Tapi tidak lama, segera dia bilang: "Bagus! Jika memang kalian sungguh-sungguh mau menyerahkan diri secara baik-baik, kami pun tidak akan terlalu mempersulit diri kalian!"
Setelah berkata begitu, dia mengisyaratkan kepada dua orang anak buahnya, dua orang laki-laki setengah baya, yang memiliki tubuh sangat tinggi dan tegap, dengan otot-otot yang kuat. Mereka menyimpan golok masing-masing dan melangkah maju sambil mengeluarkan seutas tali yang dipergunakan mengikat dan meringkus kedua perwira tinggi itu.
Ke dua orang komandan dari pihak istana Kaisar sama sekali tidak memperlihatkan sikap untuk memberikan perlawanan, mereka ber diri tenang-tenang di tempat mereka, seperti juga mereka memang ingin menyerahkan diri buat ditawan oleh rombongan orang tersebut.
Ke dua orang anak buah si kakek tua itu semula ragu-ragu, dan menduga begitu mereka mendatangi dekat, ke dua orang perwira itu akan menyerang mereka, karenanya ke dua orang tersebut telah bersiap siaga. Tetapi ke dua perwira dari istana Kaisar itu hanya diam saja, mereka sama sekali tidak memperlihatkan tanda-tanda akan menyerang.
Karenanya ke dua orang anak buah si kakek tua itu tambah berani. Mereka telah dekat dan akan mengikat tangan ke dua perwira tersebut.
Waktu itulah, dengan gerakan yang sulit diikuti oleh pandangan mata, tahu-tahu Cing Kiang Wie dan Kang Wei telah mengayunkan tangan mereka. Cepat sekali mereka telah menghantam masing-masing dada seorang anak buah dari kakek tua itu.
Ke dua orang anak buah si kakek terkejut, namun mereka sudah tidak keburu berkelit, karena memang waktu itu jarak mereka terlalu dekat. Maka segera juga terdengar suara,
"Bukkkkk! Bukkk!" yang nyaring disusul dengan suara jerit ke dua orang itu yang terpental dengan dada melesak dan jiwanya telah melayang. Mereka menggeletak tidak bergerak lagi di tanah, di mana mereka sudah menjadi korban telengas dari ke dua orang perwira kerajaan tersebut.
Kawan-kawan si kakek jadi terkejut, mereka mengeluarkan seruan marah. Berbeda dengan ke dua perwira kerajaan, yang tertawa bergelak, tampaknya mereka puas sekali.
"Ayo, siapa lagi yang ingin meringkus kami, ayo silahkan maju, kami akan membiarkan diri kami diringkus kalian!" Itulah ejekan belaka, karena ke dua perwira tersebut ternyata memang hendak memberikan perlawanan.
Orang tua dengan jenggot dan kumis telah memutih itu murka bukan main, dengan diiringi bentakannya yang bengis mengandung kemarahan, dia melompat maju membacok dengan goloknya.
"Anjing-anjing laknat keji! Akan aku adu jiwa dengan kalian!" teriaknya dan goloknya itu berkelebat dalam bentuk sinar putih perak menyambar ke batok kepala Cing Kiang Wie.
Tapi Cing Kiang Wie tersenyum mengejek, dia sama sekali tidak memandang sebelah mata terhadap kepandaian si kakek. Cepat sekali dia telah bergerak lincah buat menghantam dengan telapak tangan kosong, dia tidak mencabut keluar senjatanya.

ANDA SEDANG MEMBACA
Anak Rajawali
AventuraLanjutan "Beruang Salju". *note : Jilid kelipatan 5 di cinkeng ini cayhe private, hanya follower yg dpt membacanya. Kamsia