Jilid 62

786 20 0
                                    

Dia berusaha berkelit. Namun entah bagaimana, tahu-tahu tangannya telah kena dicekal oleh Hek-siang-sat. Malah begitu pergelangan tangannya kena dicekal oleh Hek-siang-sat, seketika Giok Hoa merasakan tenaganya seperti lenyap. Namun Giok Hoa berusaha meronta, walaupun usahanya itu sia-sia belaka.

Sambil tertawa Hek-siang-sat pura-pura tidak mengetahui si gadis meronta, dia telah menariknya setengah paksa.

"Mari kira duduk beristirahat di sana.....!" ajaknya, bermaksud untuk membawa gadis kecil itu ke bawah batang pohon di mana Pek-siang-sat telah duduk sambil tersenyum mengawasi Giok Hoa.

Giok Hoa segera juga berteriak-teriak: "Lepaskan, lepaskan, aku mau pergi..... kalian..... ohhh, kalian manusia-manusia jahat.........!"

Tetapi Hek-siang-sat tetap mencekal pergelangan tangan Giok Hoa, di mana dia telah mencekal jalan darah terpenting di pergelangan tangan si gadis kecil itu, dengan demikian Giok Hoa jadi kehilangan tenaganya.

Sedangkan Giok Hoa masih terus berusaha meronta sambil berteriak-teriak ketika Hek-siang-sat perintahkan agar dia duduk.

"Tidak! Tidak! Aku tidak mau! Lepaskan Lepaskan! Oh, Kalian benar-benar manusia jahat........!"

Hek-siang-sat tidak memperdulikan sikap si gadis kecil. Dia telah duduk sambil menarik tangan Giok Hoa, sehingga Giok Hoa tertarik untuk duduk dengan betotan yang cukup kuat.

Tetapi gadis kecil ini telah menangis keras sekali, karena masih terus berteriak-teriak agar cekalan Hek-siang-sat dilepaskan.

Dalam keadaan seperti itulah, tiba-tiba terdengar suara seorang wanita yang bersenandung sangat tenang dan sabar sekali, suaranya begitu lembut:

"Pergi berpasangan, dengan rajawali sakti,
dan juga kesedihan telah ditinggalkan.....

Kini muncul berdua, dengan rajawali sakti yang terbang beriringan....."

Suara itu sangat perlahan, dan tenang sekali, sabar dan bening, disusul dengan suara berkeresek, menunjukkan bahwa ada seseorang yang tengah mendatangi ke arah tempat di mana adanya Hek-pek-siang-sat dan Giok Hoa.

Mengetahui ada orang datang, Giok Hoa menangis semakin keras, malah dia telah berteriak-teriak: "Tolong..... tolong......!"

"Hussss!" bentak Hek-siang-sat yang menjadi dongkol juga. "Kami tidak menyiksa dan mempersakiti dirimu, kami hanya ingin mengajak kau bercakap-cakap saja. Mengapa engkau melolong-lolong seperti itu?"

Sedangkan suara orang bersenandung itu terdengar semakin dekat, suara seorang wanita yang begitu bening sekali. Disusul kemudian suara keresekan itu semakin dekat juga.

Dan akhirnya muncul dari balik batang-batang pohon, seorang gadis berpakaian serba kuning, memiliki paras yang cantik sekali, berusia di antara duapuluh limatahun lebih. Matanya bersinar tajam dan bening sekali, bibirnya yang begitu tipis tersenyum manis sekali, sedangkanrambutnya yang disanggul tampak teratur dan rapi sekali.

Sama sekali gadis berpakaian serba kuning itu tidak memperlihatkan perasaan terkejut, ia memandang kepada Hek-pek-siang-sat kemudian kepada Giok Hoa, lalu katanya,

"Adik kecil, mengapa engkau menangis seperti itu? Apakah ke dua orang itu masih ada hubungan saudara denganmu?!"

"Bukan! Bukan! Mereka adalah dua orang penjahat tidak tahu malu, dia hendak menahanku!" Sambil berkata begitu, Giok Hoa telah mendeliki Hek-siang-sat.

Gadis berpakaian serba kuning yang parasnya sangat cantik itu telah berkata dengan suara yang sabar, "Sebenarnya, apa yang kalian kehendaki dari gadis kecil tidak berdosa itu? Bukankah harus dikasihani adik kecil yang begitu jujur dan polos, kalian takut-takuti seperti itu?!"

Anak RajawaliWhere stories live. Discover now