Octagon 2 - 20 : Kepingan Memori, Kumpulan Memori

488 57 27
                                    

Mungkin jam sudah menunjukkan pukul sembilan atau sepuluh malam, tapi jelasnya, setelah meninggalkan hotel, Hongjoong pergi ke pantai dekat sekolahnya. Berhubung SMA-nya dahulu memang terletak di pinggiran pantai, Hongjoong sering menggunakan satu spot itu untuknya sendiri. Jika butuh berpikir, jika butuh sendirian. Walau ada pihak lain yang kadang menemani, tak membiarkannya sendirian.

Ingin waktu sendiri dari banyaknya hal terjadi dan juga keputusan bodoh berulangnya. Sekarang, terasa ada banyak bantuan yang ingin menembus masuk, tetapi Hongjoong terbiasa sendirian. Pun rasanya beban ini terlalu berat untuk dibagi. Hongjoong justru merasa hanya perlu ia yang merasakannya sendiri.

Bagaimanapun juga, sekarang, tentang Seonghwa kembali.

Tetapi secara tak terduga, Hongjoong menemukan seseorang yang duduk menekuk lututnya sembari menatap lurus ke depan. Ke arah lautan lepas dalam diam.

Langkah Hongjoong terhenti.

Seonghwa, sosok itu, sudah lebih dahulu melirik dan mengetahui kehadirannya.

Semula, Hongjoong mematung, namun setelahnya, ia mendekat dan duduk di sampingnya, berjarak satu meter. Dengan posisi bersila, Hongjoong ikut menatap lurus ke depan, dalam balutan kaus polos dan celana jeans yang tak membantunya untuk menjadi lebih hangat dari angin dingin itu.

Bersyukur, Seonghwa mengenakan jaketnya.

Keduanya hanya menatap lurus ke depan. Di tempat yang mereka selalu rasa familiar, dan menyenangkan. Tempat di mana dahulu, keduanya, selalu berdua.

"Kita ada di bagian dari masa lalu."

Entah, mengapa Hongjoong mengatakannya. Hanya saja, itu yang terlintas. Untuk sesaat, Hongjoong bisa merasakan dinginnya angin itu menjadi kehangatan.

Benar-benar... terasa seperti rumah.

Ternyata, Seonghwa membalas setelahnya, dengan tipis. "Gak apa, kalau kamu benci masa lalu."

Tetapi Hongjoong dibuat bingung.

Masa lalu mereka... bukankah menyenangkan?

Satu yang Hongjoong perlu benci hanyalah keputusan bodohnya, yang membuat ia menyelakai Seonghwa, bukan?

Bukankah seharusnya, jika itu, Seonghwa yang membencinya?

Tiba-tiba saja Seonghwa berdiri. Hongjoong mengangkat wajah untuk melihatnya, yang berjalan ke arah yang dihapalnya. Karenanya, Hongjoong pun ikut berdiri, kemudian mengekor dari belakang, di jaraknya yang masih sekitar satu meter.

Keduanya melakukan perjalanan sekitar lima ratus meter itu tanpa suara. Tanpa mengatakan apapun, tanpa memulai apapun.

Hanya Hongjoong yang terus mengekor, dan Seonghwa yang terus berjalan tanpa menoleh.

Hingga tak lama kemudian, keduanya sampai di depan gerbang sebuah sekolah. SMA Samudera, tempat keduanya bertemu untuk pertama kalinya.

Seonghwa mencoba untuk memanjat gerbang, tetapi Hongjoong tahu sosok itu akan kesulitan. Sehingga Hongjoong mendekat dan langsung melompat terlebih dahulu, dan bertahan di atas pagar rata tersebut. Kemudian mengulurkan tangannya pada Seonghwa, membantu menariknya hingga berhasil naik, dan melewati pagar tersebut.

Setelahnya, Seonghwa kembali berjalan lebih dahulu, selagi Hongjoong mengekor lagi.

Mereka memasuki gedung, yang pintu depannya tak dikunci kecuali ruangan-ruangan dalamnya.

Semua tampak berbeda, tetapi tak drastis. Masih ada ikatan memori dan masa lalu, yang langsung menyerang keduanya di sana. Membuat banyaknya bayangan, seiring langkah mereka menaiki tangga satu per satu untuk mencapai lantai yang dituju, berputar.

✔️ OCTAGON 2: SEX, PARTY AND ROCK 'N ROLL (ATEEZ BXB SMUT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang