Octagon 2 - 50 : Dalam Satu Kedipan Mata Pt. 1

454 53 30
                                    

Entah, tapi tekanan ini begitu menggila, membuatnya tahu bahwa lingkaran dalam adalah sebuah lingkaran terikat yang memang sangat mengerikan, ketika dirinya dihadapkan dengan ketua secara langsung. Bagaimana pun juga, mereka adalah ketua, bukan hanya sekadar anggota.

Lalu San dihadapkan—terlibat. Mungkin bisa ditandai.

San mengerang marah ketika sampai di rumah dan tak menemukan sosok yang ia cari. Segera, San kembali dengan motornya, melirik pada jam tangannya bahwa jam sudah menunjukkan pukul setengah empat pagi.

Tak ada.

San harus mencari ke mana lagi.

Jikalau San tak memberikan apa yang diminta, apa yang akan terjadi? Sejujurnya, San benar-benar tak siap jika dirinya harus berurusan dengan lingkaran dalam. Karena San tak pernah tahu, tekanannya begitu nyata.

Sembari mengendarai motornya, San kembali merogoh sakunya untuk mengambil ponsel. Dengan mengandalkan satu tangannya pada stang, San mencoba untuk menghubungi kembali.

Nomor yang sama.

Masih nomor yang sama.

Hanya saja tetap deringan terputus, karena panggilan tak sampai.

Di balik helmet full facenya, San mengerang marah. Menatap layar dari panggilan mode suara keras, yang harus terhenti lagi karena tak terangkat.

Kembali, San mencoba menghubunginya.

Jujur saja, tangannya gemetaran.

San tak pernah ingin seperti ini.

Saat itu, tak bisa fokus, San mendapati dirinya menjadi oleng. Keseimbangannya terganggu dalam perjalanannya, membuatnya berusaha menyeimbangkannya kembali.

Hanya saja, San tak sengaja melepas ponselnya, membuatnya melirik ke belakang. Menjadi lebih oleng, daripada sebelumnya di jalanan kosong itu.

Lalu setelahnya, suara benturan dan decitan ban motor.

San tak tahu lagi, saat matanya terpejam, tubuhnya membentur aspal dan kemudian terseret.

Padahal San hanya ingin mempertahankan pertemanan mereka berdelapan. Toh, bukankah itu awal dari mereka memilih untuk tinggal bersama?

.

.

.

Berdiri diam, Hongjoong tak berkutik.

Walau terasa ponselnya bergetar sejak tadi, secara berulang, tetapi ketika pada akhirnya Hongjoong tahu ke mana semua orang di rumah pergi, dirinya hanya bisa membantu. Membeku. Lupa akan segalanya ketika kenyataan menyerang akal sehatnya.

Di ruangan serba putih itu, hanya Hongjoong yang berdiri di muka pintu.

Saat di samping ranjang, terdapat Nagyung yang menangis, meraung, ketika dokter mengatakan bahwa saat kondisi Ibunya mendadak kritis, harapan hilang seketika. Drop, secara mendadak. Yang mana sekarang, hanya memberikan waktu pada mereka, ketika sudah tak ada tanda kehidupan yang bisa membantu memberitahu bahwa jantung itu masih berdetak.

Karena jantung itu sudah tak berdetak.

Hongjoong belum pernah bertemu lagi dengan Ibu dari Nagyung, sejak terakhir kali pertemuan mereka sebelum kedua orang itu angkat kaki dari rumah, saat Hongjoong masih SMA. Hongjoong juga tak pernah tahu bahwa Ibu kandungnya sendiri, bisa ikut menangis, atas kematian dari perempuan yang hampir membuatnya gila. Hongjoong juga tak pernah tahu bahwa Ayahnya, sudah sangat terbuka akan hubungan itu, dan ikut menangis bersama.

✔️ OCTAGON 2: SEX, PARTY AND ROCK 'N ROLL (ATEEZ BXB SMUT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang