Octagon 2 - 97 : Ditelanjangi

557 52 92
                                    

Entah sudah berapa lama Hongjoong berdiam diri sejak dirinya dengan terpaksa meninggalkan mobilnya di kampus, dan Hajoon membawanya untuk pergi. Mungkin sudah berjam-jam lalu. Bahkan sekarang sudah menunjukan pukul sebelas malam kurang. Beruntung saja, dirinya dan Hajoon sudah sempat makan, walau dalam diam.

Ponselnya mati, kehabisan daya, pun dirinya tak membawa charger. Untuk meminjam pada Hajoon pun, Hongjoong, sebagaimana ia, terlalu gengsi untuk melakukannya.

Kabar dari teman-temannya belum sampai. Hongjoong cukup khawatir untuk itu.

Hanya saja, di sebuah flat apartemen mewah, lantai tertinggi di kawasan pusat kota itu, Hongjoong hanya duduk diam di ruang tengah dengan segelas minuman. Selagi Hajoon, meninggalkan ia di ruangannya, dan belum kembali.

Sialan.

Hongjoong terjebak di sini, tanpa tahu informasi di luar. Walau untuk memikirkan perihal bahwa dirinya bisa saja dilenyapkan, benar-benar cukup mengerikan untuknya.

Hanya saja, benarkah yang terjadi?

Benarkah bahwa... dirinya kini menjadi salah satu kandidat untuk ketua lingkaran dalam? Jujur saja, sebelumnya, Hongjoong sangat anti dan muak untuk memikirkannya. Namun sekarang? Bukankah itu semua akan sangat bagus? Akan benar-benar bagus untuknya?

Sebagai Ketua Lingkaran Dalam Angkatan 50.

Setidaknya dengan itu, satu kekhawatiran Hongjoong berkurang. Tak akan ada ketua lain yang bisa membunuhnya, dikarenakan peraturan itu. Jadi, Hongjoong bisa fokus pada hal lain, termasuk dendamnya.

Artinya... Hongjoong harus bisa mendapatkan itu semua.

Walau akan sangat berat dengan pemilihan. Walau akan sangat berat juga untuknya, karena ada dua bulan kosong untuk Changkyun bisa melakukan apapun terhadapnya.

Ini mengerikan.

Hongjoong benar-benar penasaran... sebesar apa kerusakan yang dibuatnya? Sebesar apa efek yang ditimbulkan sampai... alumni benar-benar menaruh mata padanya?

Tiba-tiba saja, pintu salah satu ruangan di apartemen tersebut terbuka.

Segera arah pandang Hongjoong mengikuti, bagaimana sosok yang jika Hongjoong perkirakan memiliki perbedaan jarak belasan dengannya itu mendekat sembari membawa beberapa berkas bertumpuk di tangannya. 

Hongjoong meluruskan posisi duduknya, selagi Hajoon kemudian mengambil posisi duduk menghadapnya pada ruang tamu merangkap ruang santai tersebut. Ya, walau tak terasa santai sekali, pun tidak terasa seperti tamu berada di sini.

Kemudian, Hajoon menaruh cukup kasar berkas-berkas itu di atas meja.

Tentu, Hongjoong dengan dirinya yang tak mengerti.

Namun begitu membaca sebaris nama di sana, Hongjoong pun perlahan menyentuhnya, di mana Hajoon sendiri memang menginginkan Hongjoong melakukannya.

Tidak...

Tunggu sebentar...

Bukankah ini...

"Wooyoung Bajradaka Gema." Hajoon berucap, selagi Hongjoong melihat halamannya dengan mata membulat. "Lahir tanggal 26 November 2003, dari keluarga sederhana, di sebuah kota dari barat. Orang tuanya membuka toko. Pernah memenangkan lomba menari beberapa kali dari jarak umur 5 sampai 15 tahun. Pernah pindah rumah sekali saat umurnya 7 tahun. Anak kedua dari tiga bersaudara. Juga pernah kecelakaan motor sampai tulang kaki patah saat kelas 3 SMA."

Hongjoong benar-benar menatap horor, tak bersuara sedikitpun.

Bagaimana dirinya yang sejak tadi diam menunggu, kini, tiba-tiba akal sehatnya disentil dengan sebuah kenyataan seperti ini.

✔️ OCTAGON 2: SEX, PARTY AND ROCK 'N ROLL (ATEEZ BXB SMUT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang