Ketika mobil itu berhenti di lapangan parkir luar rumah sakit, Yunho segera meliriknya. Sedikit melirik pada layar ponselnya yang retak karena kecelakaan kemarin, sebelum mengikuti Hongjoong yang melepas sabuk pengamannya.
"Kita harus ke agensi sebelum jam 6, 'kan?" tanya Yunho memastikan. "Sekarang jam 5 tepat."
"Makanya kita ke sini dulu." Hongjoong membuka kunci, bersiap untuk keluar. "Lo pikir yang lain gak was-was nunggu kabar?"
Yunho memikirkannya, tetapi isi kepalanya sedang kacau. Yunho pun segera mengikuti setelah Hongjoong, yang langsung mengunci kembali mobilnya. Kemudian keduanya berjalan santai namun dalam langkah lebar, untuk dengan cepat mencapai satu ruangan di lantai 3.
Sesampainya di sana, Yunho membukanya. Masih dalam jam besuk-walau sebenarnya mereka memiliki kemudahan, perihal rumah sakit ini adalah tempat Hajoon bekerja-seluruhnya berada di sana.
Langsung saja, tatapan mereka terlihat penuh harap. Beberapa bermata sembab.
Ada Juyeon dan San, yang terlihat paling tegang, walau Wooyoung terlihat paling takut dan Yeosang paling merasa bersalah.
Seluruhnya diam, sampai saat Hongjoong terlihat dan masuk, untuk menutup pintu rapat. Kali ini, memastikannya benar-benar rapat.
Semua butuh jawaban.
Semua butuh kepastian.
Kala itu, Hongjoong mengedarkan pandangannya pada seluruhnya. Satu per satu, untuk mengikat seluruhnya.
Sebelum kemudian, dia mengatakannya dengan tenang, "gak ada yang mati hari ini."
Napas itu tercekat, sekaligus lega. Karena sebenarnya mereka membutuhkan penjelasan, namun posisi Hongjoong di sini bukan untuk menjelaskan.
Melainkan, menekankan.
"Gue tau bahwa gue yang bahwa kalian semua ke semua masalah ini di awal; tapi sekarang, gue minta, lo semua gak ada satu pun, yang ngacauin pemilihan gue sebagai ketua." Hongjoong menekankan beberapa katanya. "Lo semua jadi tanggung jawab gue dan Juyeon sekarang."
Tak ada balasan dari mereka yang masih mencoba mencernanya.
Hongjoong menoleh sekilas pada Yunho. "Lo beresin masalah tanggung jawab lo, dan hadap mereka. Semoga Nama Aman lo bisa balik."
"Terus... San gimana?" tanya Juyeon, penuh takut. "T-tadi gue masukin Yeosang... tadi-"
"Nanti gue ngomong personal sama San." Hongjoong melirik San sekilas, yang tampak menahan napas dan air matanya. "Tapi gue gak akan nerima lagi, kalau San bilang, dia rela buat mati. Pun siapapun itu, yang ngehianati usaha yang lain buat tetap keep kita semua selamat; siapapun yang gak permudah atau bersyukur tentang itu, gue gak akan lunak lagi."
"Hongjoong-"
Hongjoong mengabaikan Seonghwa untuk menatap pada Jongho. "Gue bilang gue gak peduli lo semua mau benci gue sama hal yang bakal gue lakuin di depan sana. Tapi gue bakal terus maju buat jadi ketua, dan gue juga bakal terus maju buat terus jaga lo semua yang udah gue libatin, buat terus aman."
"Kenapa lo gak bilang ke gue pas kemarin lo datang-gue panik setengah mati tadi! Di dalam ruangan ini cuma sama Hyungwon dan Hyojong!"
Hongjoong ditahan oleh Hajoon, sebagai bayaran instan untuknya mempertanggung jawabkan ucapan. Hajoon hanya mengantarnya sejenak kemarin, kemari, untuk menekankan pada Juyeon akan pilihannya.
Sangat butuh, Juyeon menuntut jawaban untuknya. "G-gue hampir gila tadi... gue gak bisa kalau ada... yang harus mati karena gue... disaat kemarin pun seharusnya gue bisa lakuin lebih buat Yeonjun!"
KAMU SEDANG MEMBACA
✔️ OCTAGON 2: SEX, PARTY AND ROCK 'N ROLL (ATEEZ BXB SMUT)
Fiksi PenggemarOctagon dan The Overload menyelam pada dunia di dalam lingkaran dalam yang lebih luas. Semua berpusat pada sex, pesta dan rock n' roll. Walau sebenarnya, semua adalah tentang kekuasaan. Starts : January 18th, 2023