Dari dalam kaca jendela rumah, Suzy tersenyum tipis melihat bagaimana Soobin tampak bersenang-senang. Dari jarak yang cukup jauh itu, namun berasal dari lantai dua, Suzy melihatnya di lapangan basket pribadi itu, tertawa bersama seorang lelaki. Seseorang yang Suzy harap bukan bernama Mingi. Atau jika memang benar, Suzy harap adiknya tak mempermainkannya.
Karena setahu Suzy, Soobin jarang memperlihatkan dirinya selepas itu. Tidak, bukan dari senyum dan tawa. Soobin selalu melakukannya.
Tetapi bergerak... selepas itu.
Suzy merindukannya.
Dahulu... yang pernah sedikitnya tersenyum tulus karena belum tahu... kenyataannya.
"Saya bilang gugurkan kandungan kamu!"
"Saya akan pertahankan anak ini!"
"Sudah cukup dengan Safina dan Sangkala—saya tidak ingin ada lebih beban untuk kehidupan kita! Kamu tau saya siapa di sini?! Kamu tau?!"
"Dan kamu hendak menjadikan Sangkala penerusmu! Hendak menjadikan Safina alat untuk mempermudah hidup kamu kelak! Apa yang kamu bilang pada dua anak sekecil itu? Huh? Sudah mengaturnya untuk masa depannya? Berencana menjadikan keduanya ahli forensik—untuk apa?! Untuk menyembunyikan jejak?!"
"Jika suatu hari saya harus bunuh kamu, saya bisa meminta bantuan anak-anak kita untuk memalsukan kematian kamu!"
"Bunuh saya! Saya akan tetap pertahankan anak ini dan menjadikannya satu-satunya yang punya hati di keluarga hancur ini!"
"Coba, hm? Coba saja! Jika anak ini lahir, saya sendiri yang akan membunuhnya!"
"Dan saya akan memastikan hidup kamu lebih sengsara daripada ketika keluarga kamu dihancurkan oleh Prananto!"
Ah, bayangan itu lagi...
Soobin hampir mati... berulang kali...
Di keluarga ini, bahkan, sang Ibu sudah berbalik arah dari Soobin. Masih sayang, namun tahu juga bahwa tak sanggup menghadapinya.
Hanya dirinya dan Seungcheol yang masih bertahan. Demi menjaga kewarasan. Demi menjaga kehidupan. Juga demi menjaga keluarga.
Ini menyesakkan.
Padahal Suzy tahu persis... adiknya kesulitan.
Tiba-tiba saja ponsel pintarnya berdering. Suzy agak terkejut, sebelum merogohnya dari saku celana longgarnya dan melihat satu nama yabg memanggilnya.
Kontak baru.
Suzy tersenyum lega, untuk mengangkat panggilannya. "Seonghwa?"
"Kak Suzy." Suaranya terdengar lebih tenang dari terakhir Suzy dengar. "Apa Seonghwa ganggu, Kak?"
"Gak sama sekali." Suzy langsung menggeleng, sebelum keluar dari pintu kaca untuk mencapai balkon. "Ada apa, hm?"
"Tentang rumah sakit..." Seonghwa di seberang memberikan jeda. "Sepertinya aku siap... untuk tanggal 15."
"Syukurlah. Kak Suzy bilang ke teman Kakak ya, agar dibuatkan jadwal. Sekiranya sore atau malam hari, kamu bisa?"
"Malam sekitar jam 7 atau 8 mungkin, Kak? Aku kuliah dulu."
"Baik." Suzy mengulum bibir bawahnya, senyumannya benar-benar tulus dalam kelegaan. Diperhatikannya bagaimana adiknya, masih sibuk bermain basket dengan sosok itu. "Kamu ada yang antar?"
Sedikit jeda, sebelum balasan. "Sejujurnya aku gak mau ada yang tau, Kak..."
"Oke..." Suzy agak mengulum bibir bawahnya. "Tapi kalau pulangnya Kak Suzy antar, mau ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
✔️ OCTAGON 2: SEX, PARTY AND ROCK 'N ROLL (ATEEZ BXB SMUT)
FanfictionOctagon dan The Overload menyelam pada dunia di dalam lingkaran dalam yang lebih luas. Semua berpusat pada sex, pesta dan rock n' roll. Walau sebenarnya, semua adalah tentang kekuasaan. Starts : January 18th, 2023