Octagon 2 - 100 : Rahasia Terkubur Dalam Duka

371 52 39
                                    

"Untuk yang mau nitip belasungkawa, boleh hubungi Ketua BEM ya, ditunggu sampai jam 12 siang! Informasinya, teman kita bakal dimakamkan langsung sore ini! Boleh yang mau titip, sekali lagi, hubungi Ketua BEM kita, oke? Kalau mau tanya informasi, bisa hubungi anak BEM lain atau langsung aja ke Fakultas Seni Tari, cari di sana!"

Informasi itu diberikan melalui alat pengeras suara, di tengah lapangan, oleh salah seorang panitia Hearts in Havana yang memang masih membuka booth untuk pemesanan hadiah atau hampers. Juga untuk pendaftaran acara, yang akan dilakukan sampai hari ini terakhir, untuk tanggal 14 Februari nanti.

Setidaknya, memang sudah menyebar.

Berita bahkan dimuat di televisi, dengan peringatan bahwa sudah maraknya geng motor maupun pembegalan, walau jalanan ramai. Entah, itu sebuah kebenaran atau tidak, yang pasti, sepuluh orang di sana tahu bahwa semua itu tak benar.

Adalah mereka, yang berdiri secara terpisah dan tersebar. Dengan mata masing-masing yang sembab maupun lelah, tak tahu lagi bagaimana cara menghadapinya.

Yeosang bersama Wooyoung. Mingi bersama Seonghwa. Yunho bersama Younghoon. Jongho sendirian. Bahkan Juyeon datang membawa San, di kursi rodanya.

Selagi Hongjoong, tak berani masuk ke area dalam kampus, hanya menunggu di dekat gerbang. Seorang diri.

Tak sendirian.

Nagyung ikut bersamanya, untuk acara yang akan dihadirinya nanti, tiga hari mendatang.

Tentu, Nagyung tahu ada yang tak beres. Saerom juga—yang berada di dalam kampus karena ikut datang untuk mengurus perihal Nagyung—pun tahu ada yang tak beres. Selain kematian. Namun, mereka mencoba untuk tak ikut campur.

Hanya Hongjoong, bersandar pada pilar gerbang, dan Nagyung begitu khawatir, berdiri di hadapannya.

"Kak Rastaf... Cecil punya saran..."

Hongjoong menatap Nagyung tanpa ekspresi.

Walau adiknya, seratus persen memperlihatkan rasa khawatirnya. "Kalau di rumah... lagi seberat itu... Kak Rastaf boleh tinggal dulu di apartemen Cecil... sampai lebih tenang... ya?"

Tak ada jawaban, namun Hongjoong memperhatikan.

"Mungkin karena apartemen Cecil kayak gitu... Kak Rastaf harus tidur di sofa... tapi Cecil mau nemenin Kak Rastaf..." Nagyung agar merapat, penuh permohonan. "Ya, Kak...? Biarin Cecil... dampingin Kak Rastaf..."

"Saerom gimana...?" tanya Hongjoong secara tipis.

Nagyung langsung menggelengkan kepalanya, memperlihatkan bahwa itu bukan masalah. "Kak Saerom tidurnya suka sama Cecil... soalnya Cecil sering minta peluk... sering mimpi buruk... tapi sekarang Cecil cuma mau Kak Rastaf ada yang temani, dan itu... biarin Cecil yang lakuin..."

Lagi tak ada jawaban.

Selagi Nagyung berharap cemas, berharap tak ditolak. Walau ia tahu, tak seharusnya memaksa. "Tapi kalau misalnya Kak Rastaf keberatan—"

"Iya, nanti." Hongjoong tersenyum tipis, sebelum menyentuh kepala sang adik. "Kak Rastaf nanti pulangnya ke apartemen kamu..."

Senyuman Nagyung merekah, tetapi terlihat dalam rasa sakit.

Hongjoong sendiri hanya menepuk kepalanya pelan, sampai kemudian perhatian keduanya teralih, pada Yunho yang mendekat bersama Mingi. Segera keduanya membuat jarak, menunggu mereka sampai untuk mendengar apa yang akan diucapkan.

"Lo ikut, kan, ke rumah duka?"

Anggukan adalah jawaban dari Hongjoong pada pertanyaan Mingi.

Yunho di sana, menghela napasnya. "Mobil lo aman di kampus?"

✔️ OCTAGON 2: SEX, PARTY AND ROCK 'N ROLL (ATEEZ BXB SMUT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang