Octagon 2 - 47 : Mengupas Rahasia Pt. 2

462 47 26
                                    

Menuruni tangga secara cepat, begitu mendengar suara, Lino langsung membawa dirinya ke arah dapur. Begitu tergesa untuk melihat bahwa apa yang dipikirkannya tak terjadi. Namun justru, benar terjadi.

Seonghwa baru saja mematikan kompornya, dan tengah menyajikannya di atas piring. Selagi Lino mendekat ke arahnya, kini dengan langkah yang lebih pelan, sembari menatap khawatir.

"Kenapa lo yang masak?"

Pertanyaan dari Lino membuat Seonghwa menoleh sebelum agak meringis pelan. "Maaf karena gak bilang dulu mau pinjem dapurnya. Tapi gue cuma mau bikinin lo sarapan."

"Kok?" Lino berhenti di samping meja makan, bersandar pinggul pada pinggirannya. "Tenang aja, gak apa-apa. Lo tamu di sini."

Seonghwa tersenyum simpul, tatapannya tampak tak enak. "Gue ngerasa... gak enak aja minta lo jemput saat lokasi rumah lo ke rumah gue jauh banget. Terus... karena gue bakal numpang di sini sampai gue bisa nemu flat buat disewa."

"Udah gue bilang, gak masalah." Lino tersenyum, kemudian mendekat ke arah meja pantry, untuk ikut membantu dengan mempersiapkan dua gelas. "Rumah gue tuh deket sama sanggar, deket juga sama kampus gue. Ya, walau ke kampus lo jauh sih. Tapi gak apa-apa. Seenggaknya lalau latihan, kita deket. Gue juga bisa anter-jemput lo ke kampus. Gak masalah."

"No..." Seonghwa menatapnya dengan senyuman tak tertahan.

Begitupula dengan Lino, yang melirik, membalas kemudian. "Hwa..."

"Ish." Seonghwa agak menggerutu, karena digoda dengan candaan. "Tetep aja, No. Gue gak enak banget. Mana semalam... kayaknya bikin gue ngerasa awkward ke lo karena biarin lo lihat kejadian itu..."

"Ngapain awkward?" Lino menaruh kedua gelas di atas meja, lalu berjalan ke arah lemari pendingin untuk mengambil air bening. "Santai aja. Gue udah pernah ada di posisi demikian."

Sedikitnya Seonghwa terkejut.

Tanpa melirik, Lino mempersiapkan minum dengan menuangkan air tersebut pada masing-masing gelas, tanpa menutup pintu lemari pendingin. "Adik gue. Dulu dia punya pacar yang abusive, sampai stress dia. Gue juga udah pernah tuh jemput adik gue jam 3 pagi, di kosan pacarnya. Nangis. Bibir dan jarinya berdarah."

Seonghwa yang telah menaruh makanan di atas meja, hendak untuk mengambil piring, melihatnya secara terkejut. "Ya ampun... terus gimana?"

"Gue ajak ngomong biasa, sih. Soalnya gue gak suka kekerasan." Lino menatap piring yang kemudian Seonghwa berikan padanya. "Tapi dia ngamuk. Mau gak mau, gue pukul."

"Terus?"

"Dia pukul balik." Lino tersenyum pelan sebum kemudian terkekeh. "Tapi gue kalah soalnya gak bisa mukul, hehe."

Seonghwa bergerak ke arah lemari pendingin, dan menutupnya untuk Lino. "Terus lo gak apa-apa?"

"Jari gue dipukul batu." Lino kemudian berbalik untuk menatap Seonghwa di baliknya kemudian tersenyum lurus sembari memperlihatkan jari kelingking tangan kanannya. "Agak bengkok sekarang ini."

Langsung saja Seonghwa menyentuh jari kelingking itu, untuk melihatnya dari dekat. "Bener... agak bengkok. Masih sakit gak sekarang?"

"Kalau kena teken sakit." Lino menarik tangannya kembali. "Tapi kalau biasa gini, ya gak sakit."

Seonghwa pun bergumam pelan, mengulum bibir bawahnya. "Terus adik lo sekarang di mana?"

"Pindah ke luar Negeri sama BoNyok." jawab Lino sebelum mengedarkan pandangannya ke sekitar. "Makanya gue tinggal di sini cuma sendiri. Eh, sama Toothless sih."

✔️ OCTAGON 2: SEX, PARTY AND ROCK 'N ROLL (ATEEZ BXB SMUT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang