Octagon 2 - 39 : Pohon yang Berdiri Sendiri

440 59 32
                                    

Pintu diketuk dengan sangat cepat, begitu tergesa di satu pagi pada hari Senin tersebut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pintu diketuk dengan sangat cepat, begitu tergesa di satu pagi pada hari Senin tersebut. Di saat beberapa lainnya sudah berangkat ke kampus, menyisakan sebagian masih di rumah. Tepatnya Mingi, yang tak memiliki kelas pagi di hari Senin, mendekat ke arah pintu utama dan membukanya.

Mingi mendapati Nagyung di sana, menatap dengan sangat khawatir.

"Kak Desan bilang ada sesuatu!" ucapnya sangapanik. "Kak Hongjoong gimana? Kenapa dia?"

Belum Mingi menjawab, perempuan berambut merah muda itu sudah langsung meraih lengannya, lalu mengguncang.

"Kak Mingi juga gak apa-apa?"

"Kenapa apanya?" Mingi mencoba memastikan diri.

Nagyung pun agak meremas lengannya kuat, dengan tatapan yang terserah sedih. "Yang di video... waktu kalian beres manggung kemarin..."

"Ah..." Mingi menyadarinya sebelum menggelengkan kepala. "Kami dijebak."

"Jahat banget..." Nagyung mengatupkan bibir, sebelum mengarahkan pandangannya ke arah dalam. "Jadi Kak Hongjoong mana? Nagyung mau ketemu."

"Di atas." Mingi mempersilahkannya masuk. "Di kamar gue. Semalem dia tidur di sana, sedangkan gue sama Yunho ngungsi di luar."

Dengan itu, Nagyung pun segera masuk ke dalam dan berlari lurus untuk menuju tangga, selagi Mingi menutup pintunya. Nagyung pun segera menuju kamar kedua dari tangga, untuk mencapai pintu, dan mengetuk dua kali, sebelum membukanya untuk masuk. Berharap Hongjoong tak keberatan.

Atau mungkin memang tak keberatan, karena sosok itu hanya memunggungi arah pintu. Terbaring di atas kasur, seperti tak memiliki semangat untuk hidup.

Pertama kalinya melihat Hongjoong seperti itu.

Walau memang, Nagyung tak tahu banyak tentang sosok tersebut.

Setelah menutup pintu, Nagyung pun mendekat ke arah kasur. Perlahan duduk di tepian, namun sisi yang berbeda, sembari melepas tas kecilnya. Nagyung memperhatikannya dari arah punggungnya tersebut, tersenyum miris melihatnya.

"Kak Desan bilang, minta maaf tentang pukulannya... katanya, dia juga emosi dan lagi dalam keadaan pusing banget tentang Ovu... juga Kak Rastaf..." Nagyung perlahan membuka tas kecilnya, mengambil beberapa plester berwarna-warni dengan karakter animasi dari dalamnya. "Coba Cecil liat wajahnya. Kalau ada luka, Cecil bawa plester. Tapi Cecil gak punya obat merah, tadi dianter manajer gak sempat beli..."

Sosok itu tak bergeming, pun tak bergerak.

Nagyung menaruh kedua tangannya di atas paha sendiri. Agak menunduk untuk memperhatikan plester-plester yang masih terbungkus tersebut.

"Cecil gak mau Kak Rastaf sedih kayak gini... tapi Cecil mau tau kenapa... karena Kak Desan gak bilang apa-apa selain... dia mukulin Kak Rastaf karena emosi..."

✔️ OCTAGON 2: SEX, PARTY AND ROCK 'N ROLL (ATEEZ BXB SMUT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang