Octagon 2 - 163 : Tepi Tebing

362 42 53
                                    

Sadar bahwa mereka telah memasuki jalan tol, Seonghwa menjadi agak panik. Padahal dalam perjalanan itu, tak seperti biasanya, Hongjoong memutar radio. Membiarkan ada suara lain untuk mengisi kekosongan dari bagaimana sunyinya perjalanan mereka saat itu.

Padahal, seharusnya mereka makan siang, bukan, seperti yang dipesan oleh Suzy? Tetapi mengapa kini, Hongjoong mengemudikan mobilnya, keluar dari ibukota? Tetapi ini bukan arah untuk pulang le kotanya, jadi Seonghwa tak tahu mengapa.

"Hongjoong..."

"Gak ada kelas, 'kan?" Hongjoong bertanya memastikan. "Kelas terakhir kamu cuma kemarin; satu lagi hari Jumat nanti. Sisanya, semua kelas sudah diakhiri."

Seonghwa terkejut.

Ya, dulu Hongjoong selalu hapal karena setiap kelas mereka bertemu. Tetapi Hongjoong sudah kuliah sekarang, dan...?

"Teman kamu." Hongjoong menjawab tanpa melihatnya. Paham dengan arti diamnya. "Chanhee."

Namun Seonghwa, lagi dan lagi, menangkapnya pada satu hal. "Kamu dekat sama Chanhee? Kamu tidur sama—"

"Can you stop?" Hongjoong meliriknya cepat. Tak ada lagi nada lembut darinya. "Selalu tentang seks, Seonghwa? Selalu tentang seks karena dulu kamu pun demikian?"

"Y-ya kenapa kamu bisa kenal sama Chanhee...?" tanya Seonghwa mencoba mencari jawaban.

Hongjoong menginjak gasnya kuat, menggertak giginya sendiri. "Seonghwa, berapa kali aku coba tahan ini ke kamu."

"Bukan itu masalahnya!" Tetapi Seonghwa tenggelam sendiri, untuknya menaikan nada suaranya. "Sekarang kalau aku minta, kita berdua jujur sama segala hal, kamu mau lakuin itu?"

"Ini kapan kita punya batasan, Seonghwa?"

Seonghwa menggelengkan kepalanya pelan. "Aku mau kita jujur masing-masing... semuanya. Aku mau tau kamu ngapain aja..."

"Gila..." Hongjoong berdecak, untuknya meremas setirnya, sembari mencoba untuk terus fokus ke depan. "Aku butuh fokus, Seonghwa. Aku butuh lakuin semuanya sendiri dan tolong—sekali lagi; tolong, pahami situasinya. Aku butuh jadi ketua."

"Aku gak minta kamu cerita tentang itu..." suara Seonghwa turun, tercicit dengan gemetar. "Tapi dari awal aku minta... j-jangan tidur dengan yang aku kenal..."

"Siapa?" Hongjoong bertanya cepat.

Seonghwa menciut—antara ingin berucap atau tidak.

Sehingga Hongjoong yang meliriknya, menjadi marah, untuknya mengatakan sesuatu. "Gak, Seonghwa! Siapa? Saerom? Kamu gak kenal Saerom—aku yang kenal lebih dulu. Terus adik tingkat kamu? Fuck it, Seonghwa. Sudah aku bilang, aku lakuin itu bukan karena kamu—itu demi posisiku jadi ketua!"

"Te-terus Chanhee?"

Hongjoong tahu, betapa emosinya ia akhir-akhir ini pada Seonghwa, namun tak ada keinginannya untuk melunak. "Aku gak tidur sama Chanhee, sayang! Gak sama sekali! Sedikit pun pikiran—gak ada!"

Ada kata sayang terucap, tetapi Seonghwa merasa takut mendengarnya. "Terus kenapa—"

"Entah apa yang terjadi sama kamu, Seonghwa. Apa yang selama ini terjadi sama kamu sampai kamu jadi kayak gini..." Berusaha menahannya sekuat mungkin, Hongjoong menggelengkan kepalanya tak percaya. Tetapi tahu semua takkan berakhir, Hongjoong mencoba menjelaskannya. "Chanhee itu sepupunya Fabio. Fabio itu teman sekelasku; ingat? Dulu sering tugasku satu kelompok dengan Fabio. Kebetulan Chanhee itu sangat nempel sama Fabio, jadi gak jarang, setiap ke rumahnya, selalu ada Chanhee. Sekarang paham kalau aku bisa berteman sama orang lain tanpa seks, Seonghwa?"

✔️ OCTAGON 2: SEX, PARTY AND ROCK 'N ROLL (ATEEZ BXB SMUT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang