Tanggal 25 Januari. Semakin dekat dengan pertunjukannya, di tanggal 2 Februari nanti, di hari Kamis.
Seonghwa tengah mencoba fokus, dan memang berhasil. Latihannya tak memberikan cela. Penampilannya sangat memukau, padahal hanya sebatas latihan dan tak ada pihak lain selain para pemain di hari itu.
Tidak, sebenarnya Seonghwa tidak baik-baik saja.
Seonghwa hanya mencoba baik-baik saja.
Ketika jeda berlangsung, Seonghwa segera mendudukkan diri di lantai sembari bersandar. Seonghwa membuka ranselnya sendiri kemudian mengambil sebotol air. Baru ia hendak membukanya, seseorang telah meluncur untuk duduk di hadapannya.
Benar-benar meluncur, menggunakan kakinya, secara playfully.
"Hai." sapanya secara singkat, padat dan jelas sambil tersenyum.
Seonghwa agak terkekeh, sembari membuatnya meneguk air tersebut, untuk menyegarkan tenggorokannya yang sejak tadi ia gunakan, untuk mendorong asupan udara membantu pita suaranya.
Adalah Lino Anggara Dinata yang muncul. Seseorang yang cukup agresif untuk berteman dengannya, sejak kedatangan Seonghwa di sanggar, pun sebagai anggota Teater Titik Koma.
Lino tampak tengah membuka ranselnya juga, yang membuat ia kali ini duduk bersila. Selagi Seonghwa menghabiskan sekitar setengah botol, sembari meluruskan kedua kakinya.
"Kebetulan," Lino berucap sembari masih ditahan, mencoba untuk mengeluarkan dua buah kotak makan dari dalam, "gue sengaja bikin bekal makanan buat kita berdua."
"Kita?" Seonghwa agak tersedak sedikit.
Pergerakan Lino berhenti untuk membantunya. "Gak apa-apa?"
"Gak." Seonghwa menggelengkan kepala sebelum menutup botol. Melihat bagaimana Lino memastikannya benar baik-baik saja, lalu membuatnya menaruh satu kotak di lantai, dan kemudian membuka satu lainnya.
Belum Seonghwa menjawab, Lino telah meletakan satu kotak bekal terbuka itu di paha Seonghwa. Lalu Lino meraih sebuah wadah memanjang, yang saat dibuka, tampaklah sendok, garpu dan sumpit di dalamnya.
"Lo mau pakai sendok dan garpu atau sumpit?" tanya Lino, tanpa melihatnya, sibuk untuk mengeluarkan tisu dari dalam ranselnya.
Seonghwa masih belum menjawab karena terkejut.
Sedangkan Lino kali ini melirik, untuk memastikannya. "Hei? Sumpit atau...?"
"Uh... sumpit aja..." jawab Seonghwa yang tak siap.
Lino mengangguk, lalu mulai mengelap sumpit tersebut dengan tisu sebelum memberikannya secara memutar pergelangan tangan, agar bagian pegangannya dapat Seonghwa sentuh, tanpa mengotori bagian bawahnya.
Perlahan, Seonghwa menerimanya, saat Lino tersenyum sekilas, dan kini sibuk untuk mengelap sendok juga garpu untuknya sendiri.
"Kebetulan gue memang suka masak." Lino menjelaskan, lalu membuka kotak makan bekal untuknya di lantai. "Gue kalau masak suka seneng sendiri. Terus sering banget kebanyakan, karena mikir, oh, A bisa dimasak gini. Oh, B juga cocok campur A. Eh tapi kurang kalau tanpa C."
Saat itu Lino mengoceh tanpa menyadari bahwa Seonghwa masih belum bergerak dari posisinya.
Hingga saat Lino mengambil satu suapan untuk dirinya sendiri, ia melirik dan melihat Seonghwa masih diam. "Ayo makan?"
Seonghwa masih diam namun tatapannya turun ke kotak bekal.
Karenanya, Lino mengikuti arah tatapan, sebelum membuatnya menepuk dahi setelah menaruh garpu. Seperti menyadari sesuatu. "Shit, gue lupa gak tanya, lo alergi seafood atau enggak."
KAMU SEDANG MEMBACA
✔️ OCTAGON 2: SEX, PARTY AND ROCK 'N ROLL (ATEEZ BXB SMUT)
FanfictionOctagon dan The Overload menyelam pada dunia di dalam lingkaran dalam yang lebih luas. Semua berpusat pada sex, pesta dan rock n' roll. Walau sebenarnya, semua adalah tentang kekuasaan. Starts : January 18th, 2023