Octagon 2 - 87 : Dunia Tanpa Trauma Pt. 3

647 51 65
                                    

"Seonghwa, aku benci ini... tapi, gimana caranya aku lepasin kamu buat Lino itu?"

Satu pertanyaan yang membuat Seonghwa terdiam, mematung, menggenggam ponselnya sendiri. Dengan tatapannya yang ditahan, dari arah kepala ditolehkan. Seonghwa dapat melihatnya; Hongjoong benar-benar terluka.

Sungguh... Seonghwa sulit untuk menghadapinya.

Bagaimana cara untuk membuat Hongjoong mengerti, bahwa mereka akan terjebak, tanpa jalan keluar, jika masih bersama di keadaan ini? Hongjoong harus bisa lepas, tanpa beban.

Memang Hongjoong pikir, Seonghwa tanpa ketakutan?

Memang Hongjoong pikir, Seonghwa tak khawatir saat dirinya memutuskan untuk pulang, Hongjoong mengunci pintu tak membiarkannya untuk masuk?

Bodoh.

Seonghwa tahu Hongjoong pintar; tapi untuk ini, Seonghwa ingin meneriakkan depan wajahnya bahwa dia itu bodoh.

"Percaya aku..." Seonghwa mendekatkan wajah, untuk mencium bibirnya secara lembut dan hati-hati. Mendapatkan selama apapun waktu yang ia butuhkan, untuk menyalurkan perasaannya. "Kamu harus bergerak bebas dulu..."

"Seonghwa..."

"Kamu tau?" Seonghwa tersenyum lembut, sebelum memutar tubuhnya, agar bisa berbaring kembali dari posisi telungkupnya. "Kita hapus traumanya... pakai waktu, ya?"

Menahan beban tubuhnya sendiri, Hongjoong menatap Seonghwa yang tersenyum lembut untuknya. Dengan menyentuhkan satu tangan bebasnya, untuk merapikan poni rambut Hongjoong yang basah, menyisirnya perlahan.

"Aku sayang kamu..." Seonghwa berucap, sebelum menggeleng. "Salah... aku cinta kamu..."

Hongjoong sulit untuk menahan jantungnya yang seolah diremukkan. Hongjoong berusaha meredakannya dengan mencium bibir Seonghwa, secara lembut, memejamkan matanya.

Yang mana, Seonghwa sendiri langsung membalasnya, seraya mempertemukan antar permukaan kulit mereka lagi. Memperdalam ciuman, sembari menggesekkan kulit masing-masing.

Hanya lumatan dan hisapan lembut, tak sebasah sebelumnya.

Sampai Seonghwa tahu, bahwa Hongjoong sudah lebih tenang. Seonghwa mendorong Hongjoong untuk melepaskan tautan, kemudian, mengedik ke arah atas.

"Nyalain lampunya."

"Kenapa?" Hongjoong terkekeh, mulai mengecup sepanjang rahang Seonghwa dengan lembut. "Mau lihat aku?"

Seonghwa tersenyum, mengusap tengkuk lehernya. "Iya, mau rekam kamu di memori aku."

"Tapi..." Hongjoong mengangkat wajah, terlihat agak panik. "Aku gak tau tadi lempar keycard ke mana..."

"Bodoh." Seonghwa terkekeh kecil, masih di posisinya, mencoba mengedarkan pandangan. "Itu. Gorden besarnya buka aja. Biar ambil cahaya dari luar."

Hongjoong melirik ke arah gorden yang dimaksud. Memanjang segaris salah satu dinding samping kiri dari ranjang—sekitar lima meter. Kurang lebih sama seperti yang ada di apartemen Nagyung.

"Mau dibuka?"

"Kenapa?" Seonghwa menatapnya dengan polos. "Tadi kita naik lantai berapa? Sebelas?"

Hongjoong terkekeh tapi menyeringai.

Selagi Seonghwa pun tersenyum manja, mengusap dadanya—dengan salah satu tangan yang masih menggenggam ponsel—sembari menekan tubuh bagian bawahnya kembali. Tahu bahwa Hongjoong sudah bisa untuk diajak tenang lagi.

"Kamu kan suka... pamerin aku depan orang-orang?" Seonghwa menggodanya dengan usapan itu, bergerak dari dada menuju tengkuknya. "Si Bodoh Rastafara yang seharusnya, selama ini, bisa setubuhin seorang Angkasa di ruang kelas, klub sastra, toilet sekolah, kamar di rumah kamu, seisi rumah besar kamu, kamar di rumah sekarang, kolam renang, mobil, backstage beres manggung, dressing room, studio Ovu, parkiran bawah kampus, klub musik, ruang kelas kampus, toilet kampus, ah, balkon rumah? tangga, mm, dapur~ garas—mmph~!"

✔️ OCTAGON 2: SEX, PARTY AND ROCK 'N ROLL (ATEEZ BXB SMUT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang