Octagon 2 - 84 : Pengakuan Terakhir

539 53 90
                                    

Tembakan sempurna.

Sangat lurus, langsung masuk ke dalam ring. Bola basket itu, melewati jaring dan kemudian memantul ke permukaan, membuat sosok yang melemparkannya tersenyum dengan senang.

Saat itu, Soobin berjalan pelan, untuk mengambil bolanya kembali, di malam hari, di mana dirinya tengah bermain basket sendirian di lapangan pribadi belakang rumahnya. Dengan satu telinga tersumpal, tengah mendengar sesuatu, tak menyadari bawah ada sosok seorang perempuan, berjalan mendekat ke arahnya.

Sama sekali tak luntur, senyuman itu dari wajahnya.

Terlebih, menjadi merekah, ketika satu telinga lainnya yang bebas, dapat mendengar seruan lembut pada namanya.

"Sastra sayang~"

Soobin segera menoleh; kedua matanya berbinar sekaligus. Soobin melupakan bagaimana tangannya menggenggam bola basket yang baru didapatkannya, ketika ia berjalan mendekat ke tepi lapangan, untuk menghampiri sosok yang membuka lengannya.

"Kak Safina!" Soobin berseru senang, kemudian memeluk perempuan yang lebih tua sembilan tahun darinya tersebut dengan sangat erat. "Wah, Kak Safina pulang?"

Perempuan yang dipanggil Safina—atas nama belakangnya—mengangguk dengan lembut, sembari menyisir surai dari lelaki yang terpaut lebih tinggi tujuh belas senti darinya. "Pulang dong, mau ketemu kesayangannya kakak~"

"Bohong~" Soobin bersikap manja, memeluk kakaknya begitu erat. "Bawa sesuatu?"

"Cokelat?" Safina terkekeh. "Di Jepang lagi banyak macam coklat yang rasanya aneh-aneh~ mau Valentine soalnya."

"Oh!" Soobin langsung berseru, seperti anak kecil, siap untuk bercerita. "Jadi, Sastra pengen ikut campur sama event Valentine di kampus, so, Sastra nyumbang uang gede, biar jadi koordinator acara~"

"Tumben?" Safina mengacak rambutnya gemas. "Biasanya gak mau kelihatan?"

Soobin hampir menjawab, tetapi suara dari penyaring di satu telinganya, membuatnya agak teralih.

Dengan itu, sang kakak menyentuh pipi Soobin untuk memiringkannya, sebelum terkekeh dan kemudian menepuk kepalanya. "Sekarang siapa lagi yang kamu sadap, hm?"

"Karena Soobin... kayaknya pengen main-main sama lo, dan asal lo tau... dia punya kuasa itu."

Senyuman Soobin mengembang sempurna.

Kakaknya masih menunggu, selagi Soobin, kemudian menatap dengan sangat penuh rasa tak sabar dengan apapun yang dinantikannya.

"Wah~ Kak Mingi udah kenal aku ternyata, Kak~ senangnya~"

Safina masih menunggu.

Selagi Soobin, mengetuk sumbatan di telinganya, dan tersenyum sangat imut. "Cuma permainan lain, Kak. Dan jangan anggap aku licik—ini cuma privilege dari pro player yang gak dimiliki newbie~"

"Jadi, ponsel dari orang bernama Mingi itu yang kamu sadap?"

Soobin mengangguk sebelum memeluknya lagi. Dengan sangat erat. "Besok pasti seru!"

"Memang besok kamu ikut campur?"

"Gak~" Soobin menggelengkan kepala. "Urusan Kak Sangkala~ Sastra cuma mastiin aja, Ayah yang gak ikut campur~"

:-:-:-:-:

Begitu Hongjoong membuka pintu kamar, dirinya menemukan Nagyung berlinang air mata, mencoba menahan suaranya agar tak terdengar. Berdiri depan pintu tersebut, sampai membuat Hongjoong langsung melangkah masuk dan menutup pintunya rapat.

✔️ OCTAGON 2: SEX, PARTY AND ROCK 'N ROLL (ATEEZ BXB SMUT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang