"Gue udah bilang, pakai mobil gue aja."
Satu kalimat itu berhasil membuat Mingi mendengus malas, sebelum memutar mata untuk melihat bagaimana bengkel yang mereka datangi—yang kebetulan dekat dari tempat kejadian—tengah mengganti ban motornya.
Selagi Yunho, yang berucap tadi, terkekeh sembari bersandar pada salah satu tiang.
Pada hari Sabtu, tanggal 1 April tersebut, masih seperti yang mereka lakukan sejak 40 hari lalu, keduanya masih sibuk untuk mencari satu sosok yang tak diketahui di mana. Masih memutar kota, mencari informasi, dan kemudian bergelung dalam kebingungan.
"Males banget gue naik mobil baru lo." Mingi membalas, memutar matanya kesal. "Lagipula, ribet juga kalau kita butuh nyari pakai mobil."
"Gi, mobil itu umurnya udah 33 hari; udah gak baru."
Mingi mengedikan bahu. "Tetap aja. Belum ada cacat—mas, sudah selesai?" jawabnya yang kemudian teralihkan pada bagaimana montir tersebut telah menyelesaikan pekerjaannya terhadap motor Mingi yang tiba-tiba mengalami bocor ban di tengah perjalanan.
"Sudah."
Melihat itu, Yunho langsung meluruskan tubuh, bereaksi cepat dan mengeluarkan uang dari dalam dompetnya. Memberikannya begitu saja, lebih dari harga sebenarnya.
Setelahnya, Yunho mengenakan kembali helmetnya lalu menepuk pinggang Mingi beberapa kali. "Ayo, lanjut."
Mingi yang masih memegang dompetnya, dengan terpaksa memasukannya ke saku jaket. "Gue baru mau bayar."
"Gue kan lagi minta tolong sama lo."
Mingi mendengus, untuk setidaknya menendang ringan ban barunya, lalu naik ke bagian depan sembari mengenakan miliknya. "Iya, tapi—"
"Udah, ayo. Beres ini, kita diminta San buat pesan cake untuk ulang tahun Seonghwa, 'kan?"
Tak menjawab lebih, Mingi mengarahkan posisi setirnya, untuknya mulai melajukannya lebih dahulu. Sekitar 20 meter, barulah ia berucap. "Gak semuanya tentang uang, Yun."
Yunho tak membalas saat itu.
Namun tiba-tiba saja ponsel Mingi bergetar dalam sakunya. Sebuah pesan masuk.
Hal itu dirasakan oleh Yunho, yang melirik padanya kemudian. "Soobin, ya?"
"Iya." Mingi menjawab walau tak melihatnya. "Gue bakal nginap di tempatnya sih malam ini."
"Harus malam ini?"
"Iya." Mingi menjawab lurus. "Mau maraton anime."
Balasan Yunho adalah desahan pelan, sebelum kekehan. "Kalian banyak banget kesamaan, ya? Jadi setelah kurang lebih dua bulan ini, hubungan kalian berkembang atau lo masih jadi mata-mata buat Hongjoong?"
"Surprisingly..." Mingi berucap pelan, untuk mengulum bibir bawahnya sesaat, kemudian menjawab. "Hongjoong sibuk sama 'kampanye'-nya, jadi gue dan Soobin malah makin dekat sebagai... dua orang."
Yunho tak menjawabnya.
Sampai tak disangka, Mingi membelokan spion, untuk menatapnya dari sana. "Karena Yena belum juga ketemu... lo gak mikir buat beresin dulu tanggung jawab lo... ke Soobin?"
"Lo mau emang tidur sama gue?"
"Gak..." Mingi menjawab tipis.
Yunho menghela napasnya sebelum mengangguk. "Makanya. Lagian, harus Yena dulu. Toh, urusan tentang Yena yang dianggap tanggung jawab sama lingkaran dalam, 'kan?"
"Mm..."
Perlahan Yunho hanya mulai menyandarkan kepala berbalut helmetnya di bahu Mingi. Kedua tangannya menyentuh pinggangnya perlahan, hanya untuk berpegangan saat Mingi mulai mempercepat laju motornya.
KAMU SEDANG MEMBACA
✔️ OCTAGON 2: SEX, PARTY AND ROCK 'N ROLL (ATEEZ BXB SMUT)
FanfictionOctagon dan The Overload menyelam pada dunia di dalam lingkaran dalam yang lebih luas. Semua berpusat pada sex, pesta dan rock n' roll. Walau sebenarnya, semua adalah tentang kekuasaan. Starts : January 18th, 2023