Octagon 2 - 158 : Pembicaraan Dalam Tiga Babak Pt. 2

343 41 48
                                    

Setelah Soobin membawanya masuk, yang kemudian menuntun Hongjoong adalah pelayan pribadi di rumah tersebut. Mengarahkannya jauh masuk ke dalam sampai ke sebuah ruangan yang masih berada di lantai dasar tersebut.

Satu ruangan dengan pintu tinggi, yang ketika dibuka, terdapat sebuah meja panjang dengan banyaknya kursi berjajar. Jika Hongjoong tebak, tak lain ini adalah sebagai ruang meeting lainnya.

Di rumahnya, ada satu, tapi tak sebesar ini.

Hongjoong berdiri sejenak, sebelum melangkah memasuki tempat tersebut, dan diarahkan pada sebuah kursi yang berada di sana.

Tepat di samping, namun berbeda sisi, dari kursi utama yang masih kosong.

Sembari menghela napasnya, Hongjoong duduk, dan menolak bantuan lainnya, untuk pelayan itu pergi.

Hanya untuk Hongjoong, menunggu beberapa saat, tak terlalu lama, sampai tak sempat untuknya mengamati tempat tersebut. Ketika pintu tersebut pun dibuka kembali, dan seseorang masuk ke dalam.

Secara refleks, Hongjoong berdiri.

Ada sesosok pria, yang terlihat lebih tua beberapa tahun dari Ayahnya—hanya tebakannya saja. Seseorang bertubuh tegap, memiliki kumis dan janggut tipis, dan tak bohong; parasnya sangat tampan. Mungkin itu menjawab bagaimana Seungcheol dan Soobin demikian. Tingginya sepertinya sama seperti Soobin; jelasnya lebih tinggi dari Hongjoong.

Saat itu, Hongjoong tak memberikan senyum sama sekali, toh dirinya tak pernah mengharapkan pertemuan ini. Bersikap ramah pun tak berniat, hanya datar dan lurus, sampai membuat lelaki itu tersenyum sendiri, setelah mencapai kursinya—seperti yang diperkirakan.

"Santai saja, Rastafara."

Pria itu duduk lebih dahulu, lalu mempersilahkan Hongjoong untuk melakukan hal serupa.

"Terima kasih sudah mau datang." Sarga Sadewa, tentu saja, pria itu berucap. "Saya pikir kamu akan menolak permintaan saya. Maaf karena undangannya tidak langsung; saya harus meminta Sastra untuk melakukannya."

Hongjoong melihatnya menata dirinya sendiri, menggunakan serbet, pada atas pahanya.

"Saya merasa jika saya mengajak langsung, beberapa alumni akan salah paham."

"Salah paham seperti apa?" Hongjoong bertanya, menantang dari nadanya. "Membunuh saya? Demikian?"

Sarga, terkekeh ringan mendengarnya. "Jauh sekali pemikiran kamu. Saya hanya takut, mereka mengira saya memberi dukungan pada kamu; sama seperti bagaimana anak saya sendiri melakukannya."

"Mungkin ada baiknya jika Anda memilih Ayah saya untuk makan malam." Sejujurnya, Hongjoong malas sekali berlama-lama. "Bukankah itu lebih baik? Toh saya merasa belum cocok bersanding lantaran saya hanyalah seorang anggota. Masih keanggotaan dasar pula. Sedangkan Anda, ketua, bahkan di keanggotaan satu."

"Itu benar." Sarga mengangguk. "Hanya saja, saya dan Ayah kamu sudah sering makan malam seperti ini."

Hongjoong memperhatikannya, yang membiarkan pintu terbuka, untuk satu orang pelayan datang, membawakan mereka sebotol wine.

"Dahulu."

Tak ada respon dari Hongjoong.

Hanya Sarga yang agak memiringkan wajah untuk bertanya. "Ah, sedikit minum tak apa? Atau kamu ingin air putih saja?"

"Tak apa." Hongjoong menjawab. "Mungkin butuh sedikit tak waras untuk bicara dengan Anda."

"Begitu, ya." Sarga terkekeh, memberikan izin pada pelayan untuk membukakan botol wine yang dipegangnya, untuk menuangkannya pada gelas mereka masing-masing yang memang sudah tertata di samping alat makan. "Sengaja saya membuka koleksi lama saya; Cheval Blanc 1947."

✔️ OCTAGON 2: SEX, PARTY AND ROCK 'N ROLL (ATEEZ BXB SMUT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang