Tepat jam 11 malam tersebut, Wooyoung berjalan cepat ditemani oleh Yeonjun, menyusuri lorong. Mencari ruangan yang dimaksud namun tak perlu repot setelahnya ketika melihat ada Jongho di depan sebuah pintu.
Segera Wooyoung mendekat, membuat Jongho agak memutar tubuh untuk menatapnya.
"Gimana San?"
Pertanyaan Wooyoung dijeda dulu oleh Jongho, yang saat itu lebih penasaran tentang satu hal. "Kok bisa lolos? Jam besuk abis."
"Gue—" Wooyoung menahan kalimatnya sejenak, sebelum menjawab sedikit rapuh. "Gue bilang gue pacarnya..."
Mendengarnya membuat Jongho tersenyum tipis, sebelum melirik sekilas pada Yeonjun. "Jahat."
"Please." Wooyoung menatapnya penuh harap. "Gue mau ke dalem."
"Tapi lagi diperiksa dokter." Jongho melirik sekilas pada pintu di baliknya, sebelum kembali pada Wooyoung. "Tunggu aja dulu."
Karenanya, Wooyoung mencoba mengatur napasnya, selagi Yeonjun mengusap punggungnya dari belakang.
Jongho melihatnya tersenyum miris—melihat bagaimana seseorang yang dahulu merebut Yeosang darinya, kini dapat berpindah haluan secepat itu. Dalam tiga bulan? Tetap saja, bukan?
Dengan itu, Jongho mencoba mengalihkan pembicaraan. "Kak Wooyoung, lo punya nomor ortunya Kak San gak?"
"Orang tuanya San?" Wooyoung mengulang, sebelum menatapnya lekat dan kemudian menggelengkan kepalanya. "San itu yatim piatu."
Barulah, Jongho menjadi lebih serius untuk menanggapinya. "Kak San yatim piatu?"
"Iya." Wooyoung menjawab sebelum mengusap wajahnya sekilas. "Orang tuanya meninggal sekitar dua bulan awal San masuk kuliah. Kecelakaan di tol."
Jongho menahan napasnya.
Selagi Wooyoung melanjutkan. "San hidup dari warisan. Kebanyakan warisannya tanah, jadi dia jual, kecuali rumah utama. Cuma San gak mau nempatin rumah utama setelah kecelakaan itu, jadi dia tinggal di apart. Ya, sebelum kita mutusin buat tinggal bareng."
Tentu Jongho tahu, pastinya Wooyoung yang lebih mengerti mengenai San.
Maka dari itu, Jongho menyayangkannya.
Hanya untuk seseorang bernama Yeonjun ini, yang bahkan sempat merebut Yeosang.
"Terus kondisi San gimana?"
Jongho pun teralih, sebelum terdengar suara pintu terbuka dari belakang, membuatnya menjawab kemudian. "Lo liat aja sendiri."
Hal itu membuat Wooyoung melirik sekilas pada Yeonjun, sebelum tersenyum pada dokter dan suster yang keluar. Segera Wooyoung melesat masuk setelahnya.
Hanya saja, ketika Yeonjun hampir lewat, Jongho segera menutup pintunya. Membuat keduanya berada di luar, selagi Jongho, tersenyum padanya.
"Gue rasa Kak San juga gak mau liat lo, Kak."
Karena itu, Yeonjun menahan kekehannya dan kemudian mengangguk. "Ya udah, gue di sini aja sama lo. Bener gak?"
.
.
.
Di dalam ruangan tersebut, San dikejutkan dengan bagaimana Wooyoung masuk ke dalam dan menatapnya dengan penuh keterkejutan. Terlebih ketika Wooyoung mendapati bahwa satu kaki San dibalut perban, puk penegak.
Selagi San, yang duduk setengah bersandar itu—keadaannya lebih sadar dari pada dua jam lalu—tersenyum tipis kemudian.
"Ke sini?" San memastikannya, sebelum dia melirik ke arah pintu yang memiliki sebuah kaca kecil di bagian tengah atasnya. "Dianter Yeonjun?"
KAMU SEDANG MEMBACA
✔️ OCTAGON 2: SEX, PARTY AND ROCK 'N ROLL (ATEEZ BXB SMUT)
FanfictionOctagon dan The Overload menyelam pada dunia di dalam lingkaran dalam yang lebih luas. Semua berpusat pada sex, pesta dan rock n' roll. Walau sebenarnya, semua adalah tentang kekuasaan. Starts : January 18th, 2023