Octagon 2 - 96 : Satu Maaf, Dua Pihak

407 52 63
                                    

Seonghwa mengusap jejak air matanya, berusaha untuk tak memperlihatkan apapun di depan sana, selagi dirinya masih tetap harus datang untuk latihannya. Di mana Suzy juga mengatakan, dirinya akan kembali, karena adiknya--yang ternyata berbeda dengan yang ia katakan memberikan kunci mobil--merupakan salah satu panitia untuk Hearts in Havana. Jadi Suzy bilang akan keluar setelah Seonghwa, sekitar lima menit setelahnya.

Maka dari itu, Seonghwa, menggenggam kantung kartonnya, berjalan untuk keluar dari area basement. Yang mana dirinya, bersamaan dengan menemukan seseorang yang baru tiba, usai memarkirkan motor--setelah melepaskan helmet.

Seonghwa menatapnya, yang menatap dirinya balik.

Lalu mendekat, tersenyum tipis, untuk bertanya, "pulang jam berapa?"

"Kenapa?" Seonghwa, bertanya balik pada Mingi, sosok itu. 

"Lo pulang sama gue. Pasti banyak yang perlu dibicarain di rumah, 'kan?"

Seonghwa sedikit terkesiap, sebelum mengalihkan pembicaraan. "Yeonjun gimana?"

Mingi tampak menarik napas panjang, terlihat lelah. "Tadi sampai debat, sih. Tapi dia ngumpul sama temen-temen dance di luarnya. Gue udah coba nunggu, tetep kena usir. Pada akhirnya gue gak ada pilihan selain pergi, setelah peringatin dia. Kecuali kalau gue mau digebukin sama temen-temennya."

"Astaga..."

"Tapi Yeonjun bilang nanti malam, dia mau jemput temannya dari luar Negeri di bandara." Mingi melanjutkan. "Bareng temen-temennya itu. Jadi... gue rasa, dia tau caranya berlindung di kerumunan?"

Seonghwa meringis pelan, menggelengkan kepalanya. "Tetap aja... Hongjoong mintanya kita stay sama dia..."

"Omong-omong, Hongjoong gimana?" Mingi teringat untuk bertanya.

Saat itu Seonghwa langsung melihatnya.

Sukses, membuat Mingi memperbaiki kalimatnya. "Yunho... dan Juyeon juga..."

Tetapi kemudian, Seonghwa mengambil senyuman tipis. "Lo memang... suka ya, sama Hongjoong?"

"Seonghwa..." Mingi mencoba mendekat, untuk memperbaiki keadaan.

Hanya saja reaksi Seonghwa berbeda dari di toilet kemarin, justru sosok itu mengibaskan satu tangan, untuk memberitahunya. "Gak, kok, gue beneran nanya."

"Tapi yang kemarin itu..."

Seonghwa justru malah memiringkan lehernya, memamerkan tanda-tanda kepemilikan Hongjoong di sana. 

"Itu..."

"Iya, Hongjoong kok. Bukan Lino." Seonghwa kembali tersenyum, mengangguk. "Gue juga lagi sadar, kalau Lino kayaknya gak akan kebagian sedikit pun dari hati gue. Soalnya gue yakin perasaan yang gue rasain ke Lino itu... kagum, karena dia orang paling baik yang pernah gue tau."

Di sana Mingi mencoba mendengarkan secara hati-hati.

Selagi Seonghwa menarik napas panjang, dan mengedikan bahunya. "Dan gue tau, gue sama Hongjoong, gak akan pernah bisa dipisahin, sih."

"Gue sangat tau itu." Mingi mencoba untuk meyakinkan Seonghwa. "Cuma... yang kemarin gue lakuin sama Hongjoong itu... uhm... beneran... kayak yang pernah kami lakuin dulu. Sama posisinya; dulu kami sakit hati karena lo dan Yunho. Terus yang kemarin itu, Hongjoong lagi hancur, dan gue juga... demikian."

Seonghwa mendengarkannya.

"Karena... gue terus-terusan... dimanfaatin sama orang... tapi gue malah terlibat dan gak bisa keluar..."

"Sakit, ya?" Seonghwa bertanya pelan. "Sebenarnya?"

Sejujurnya Mingi tak ingin memperlihatkannya, tetapi entah mengapa, justru tampak jelas dari matanya.

✔️ OCTAGON 2: SEX, PARTY AND ROCK 'N ROLL (ATEEZ BXB SMUT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang