Octagon 2 - 52 : Dalam Satu Kedipan Mata Pt. 3

400 49 46
                                    

Pukul tiga sore.

Yunho menggertak giginya terlalu keras sampai menjadikannya tak sengaja menggigit lidahnya. Karena bagaimana itu tidak terjadi? Sudah terlalu banyak nomor masuk di ponselnya yang hampir kehabisan daya, bertanya kapan The Overload akan datang untuk persiapan, karena seharusnya mereka sudah berada di agensi sejak jam satu.

Tetapi Yunho masih di sini, bersama Juyeon yang lebih cepat berlari masuk ke dalam rumah sakit ke 36 yang mereka datangi, dari lebih dari 180 rumah sakit umum—tak termasuk rumah sakit anak dan khusus perempuan, ataupun jiwa—di ibukota yang terbagi dengan lima wilayah itu.

Terlebih Mingi tiba-tiba tak bisa dikabari, Younghoon pun demikian. Dari panggilan dikatakan bahwa nomor mereka tak aktif; sepertinya keduanya juga kehabisan daya.

Karena itu pula, kepanikannya semakin menjadi. Tatapan horor setiap kali panggilan masuk, dan ternyata adalah staf yang menghubungi, membuat Yunho menjadi sangat cemas.

Namun tiba-tiba saja, seruan panik dari Juyeon terdengar.

Yunho mengangkat wajahnya di pintu masuk, melihat bagaimana Juyeon melambaikan tangan padanya secara agresif menyuruhnya masuk—selagi seorang suster tampak mengarahkannya ke sebuah lorong.

"Kayaknya di sini!"

Satu kalimat pendek itu langsung membuat Yunho melesat ke arahnya. Bersama Juyeon kemudian, mengikuti ke mana mereka diarahkan.

Satu ruangan yang membuat keduanya benar-benar menelan ludah, menatap dengan sangat takut, ketika melirik bagaimana suster itu berhenti di depan pintunya.

"Teman saudara masih berada di ICU, tetapi semua sudah ditangani sejak dini hari." ucap suster tersebut, menunjuk ke arah pintunya. "Pasien juga sudah bisa dipindahkan ke ruang rawat inap setelah identitasnya bisa dikonfirmasi oleh saudara maupun kerabat."

Yunho terdiam.

Selagi Juyeon mengangguk dengan cepat, "boleh kami pastikan sekarang?"

"Ya. Tapi hanya satu orang yang masuk."

Juyeon hampir berucap, namun kemudian tersadar bahwa dirinya bukanlah bagian dari ikatan yang lebih dekat. Karenanya Juyeon segera mendorong bahu Yunho untuk melakukannya.

"Dia saja." ucap Juyeon tergesa, begitu khawatir dari nada suaranya tercipta. "Kalau boleh tau, apa yang terjadi pada dia?"

"Korban tergelincir dan terguling dalam kecelakaan tunggal. Tetapi menurut satu-satunya saksi mata, dikatakan bahwa tubuh korban menabrak pembatas jalan, dan itu bisa dibilang sebuah keberuntungan karena dari jaraknya jatuh, ia hampir bisa terlindas truk dari arah depan." Suster menjelaskan dengan tenang. "Kepalanya hanya mengalami benturan—beruntung karena helmetnya melindungi, walau sampai retak."

Baik Yunho maupun Juyeon, saling mengeraskan rahang. Setidaknya tak ada sesuatu yang parah yang bisa membuat kepalanya dalam cedera berat. Walau kondisi itu sudah cukup mengerikan.

"Tetapi kaki kanannya patah."

Sampai kemudian kalimat selanjutnya dikatakan.

"Tulang keringnya membentur pinggiran pembatas."

Yunho dan Juyeon sama-sama tak bisa berkutik. Sekujur tubuh mereka tiba-tiba menjadi dingin. Entah dalam rasa syukur karena kemungkinan terburuk tak terjadi, atau memang dalam rasa penyesalan karena sama sekali tak bisa mencegah hal ini terjadi.

.

.

.

✔️ OCTAGON 2: SEX, PARTY AND ROCK 'N ROLL (ATEEZ BXB SMUT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang