Octagon 2 - 160 : Bergilir dan Bergulir

385 43 51
                                    

Yang datang adalah Seungcheol.

Sepertinya benar yang Soobin katakan sebelumnya, bahwa Seungcheol berjaga untuknya. Karena tepat saja, setelah Sarga mengajaknya ke perpustakaan, pintu itu diketuk dan sosok itu datang.

Sarga terlihat terganggu, tetapi terlihat juga tak ingin memperpanjangnya.

Di saat Seungcheol menunduk sedikit pada sang Ayah, untuk meminta izin, membawa Hongjoong pergi bersamanya. Karena Hongjoong pun tak ada pilihan, melihat bagaimana Sarga mempersilahkannya, ia pun mengikuti ke mana Seungcheol membawanya pergi.

Keluar.

Di halaman belakang.

Dekat sebuah air mancur, ada sebuah gazebo yang terlihat sangat modern.

Seungcheol yang berjalan dua langkah lebih depan darinya, mengajaknya secara buru-buru, seperti tergesa, sampai tiba. Seungcheol segera menyuruh Hongjoong duduk, selagi lelaki itu berdiri di depannya sambil menahan napasnya sejenak.

Berada di rumah ini, Hongjoong merasa seperti digilir.

Tetapi tak apa, Hongjoong hanya mengangkat kedua alis, menunggu—tanpa ingin menunjukan rasa hormatnya. Namun tak disangka, bahwa Seungcheol terlihat tak mempermasalahkannya sama sekali.

"Ayahku masih belum berhenti dengan rencananya membunuh kamu."

Hongjoong terkejut, tapi tak terlalu.

"Hanya saja, saya tak tau caranya, untuk membuatnya lepas dari pengawasan lingkaran dalam untuk ini."

"Jadi, ada apa di perpustakaan?"

Seungcheol menatapnya, agak terkejut.

Selagi Hongjoong, menjawab dengan tenang. "Soobin peringati sebelumnya, jadi gue rasa, itu semua perihal."

"Memang." Seungcheol berusaha untuk membuat dirinya sendiri merasa tenang. "Tetapi begini; keadaan para alumni juga benar-benar tak baik. Kami memiliki banyak kubu, banyak juga circle. Dari adanya kubu itu pun, bisa berbeda circle. Dari samanya circle pun, bisa berbeda kubu."

Namun Hongjoong teralih pada topik lain. "Sekacau apa kehidupan kalian jika Prananto turut andil?"

"Saya tau bahwa kamu memang tidak pernah mengandalkan Ayahmu." Seungcheol perlahan membawa tubuhnya agak merendah, untuk menyejajarkan wajah, dengan cara—seperti biasa—menyentuh tengkuk Hongjoong. "Sudah seharusnya, kamu tidak melakukannya."

Hongjoong menepis lengan Seungcheol seketika—benar-benar tak memikirkan bahwa lelaki di hadapannya itu memiliki suara untuknya nanti. "Larangan adalah perintah."

"Bukan itu." Seungcheol menggertak marah, untuk meremas tengkuknya. Pertama kalinya, melihat Seungcheol seperti demikian. "Dengar baik-baik. Mereka masih diam karena tau kamu tidak mengandalkan Prananto, mereka pun tau kamu menyembunyikan banyak hal pada Prananto. Tapi di detik kamu melakukannya, akan lebih banyak kubu yang menyerang kamu—bahkan yang mendukung kamu sebelumnya."

Tetapi hal itu justru melemahkan Hongjoong, sesaat, sampai lupa mengendalikan diri. "Memang... Ayah saya kenapa...?"

"Ayah kamu berdosa." Seungcheol menguatkan remasan, bahkan tatapannya. Berharap agar Hongjoong, dapat mengerti. "Tak jauh dari kita semua; Ayah kamu sangat berdosa."

Hongjoong menggertak giginya, untuk menahan amarahnya yang naik kembali, dengan cara meremas lengan Seungcheol untuk melepaskannya. Tetapi tak sedikitpun dari Seungcheol membiarkan Hongjoong melepas untuknya, justru membuat ia sangat menguatkannya.

"Dua bulan lagi, Hongjoong." Seungcheol berucap dengan nada menekan. "Tahan semua. Tahan, dalam dua bulan lagi."

Begitu marah, Hongjoong beralih pada alasan lainnya, yang membuat dirinya, menatap Seungcheol seakan musuhnya. "Jadi sekarang, bilang ke gue, kalau lo ada di malam itu, Kak Sangkala?"

✔️ OCTAGON 2: SEX, PARTY AND ROCK 'N ROLL (ATEEZ BXB SMUT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang