Dalam diam—karena menahan rasa kesalnya sendiri—San memperhatikan bagaimana Hongjoong berjalan mondar-mandir, mengelilingi kamar tersebut setelah sadar sekitar dua jam lalu. Sudah dalam keadaan siap karena bagaimana pun juga mereka harus tetap mengejar pesawat untuk kepulangan, agar bisa menyelesaikan semua di agensi. Karena tentu saja, kabar ini sudah sampai dan San yang paling pertama diminta untuk menghadap.
Langsung, pada direktur.
Sedangkan yang lain—Mingi, Juyeon dan Younghoon—masih merasakan efeknya. Ketiganya duduk di tepian ranjang pada salah satu ruang kamar di kamar suite tersebut.
Untuk Yunho, dirinya berdiri tak jauh dari mereka.
Lelah melihatnya, San menghentikan langkah Hongjoong dengan menahan lengannya. Kemudian dirinya menaruh kedua tangan di bahu Hongjoong, untuk menatapnya serius.
"Bantu gue lagi; di bar, 'kan?"
Mengerti arahnya, Hongjoong menepis tangan San namun memberikannya jawaban. "Gue gak tau ini ulah bartender atau orang-orang di sekeliling gue. Gue malah terlena sampai munggungin minuman gue sendiri."
"Lo semua memang udah terlena sama semua ini." San menggerutu dengan kesal, sebelum menunjuk ke arah tiga lainnya di kasur. "Kalian?"
"Minum juga. Di bar lain." Younghoon menjawab.
Mingi mengangguk serupa, sebelum membungkus wajahnya kembali dengan masker dan juga kupluk.
Juyeon, meremas beberapa bagian di kepalanya sambil menjawab. "Gue sama si Angel bentar, terus gue mau ambil minum, dan serupa."
Mendengarnya membuat San mendecih, merasa malu pada dirinya sendiri. "Caranya masih sama tapi kita kecolongan lagi."
"Kita gimana?" tanya Hongjoong.
San membuang napas sebelum memijat pelipisnya. "Lo semua harus tau, betapa malesnya gue buat cek ha-pe sekarang. Terlalu banyak yang terjadi."
"Dari sini langsung ke agensi?" tanya Younghoon memastikan.
Terlalu banyak yang dipikirkan, membuat San menengadahkan leher, untuk menatap langit-langit yang tinggi itu, pasrah dengan keadaan. "Lo semua berdoa, kita semua bakal baik-baik aja."
:-:-:-:-:
"Stop! Hei, stop! Guys?!"
Seruan keras dari Lino berhasil untuk menghentikan bagaimana latihan mereka berlangsung, tepat setelah seorang perempuan yang beradu dialog dengan Seonghwa menutup mulutnya. Secara tak sengaja menampar Seonghwa cukup keras, yang sebenarnya selalu dilakukan seperti itu karena mereka harus total, hanya saja lelaki itu harusnya menghindar. Tetapi Seonghwa terlihat kosong, sampai membuatnya sampai terjatuh karena tak memiliki keseimbangan juga. Terlebih, karena tamparan itu bukan mengenai pipi, namun telinganya.
Perempuan itu segera berjongkok untuk membantunya, tetapi Lino lebih cepat berlari dari bawah panggung, dan melompat naik ke atas untuk menuju Seonghwa.
"Gue... gue gak sengaja... ini adegannya kan harusnya ngehindar dan—"
"Gak apa-apa, gak apa-apa." Lino berusaha menenangkan perempuan itu sekilas sebelum mengambil alih untuk menghadap Seonghwa yang perlahan menggelengkan kepalanya. "Seonghwa, lo gak apa-apa?"
Seonghwa tak menjawab—seperti baru ditarik pada sebuah kenyataan. Bahkan, tak ada reaksi refleks darinya untuk menyentuh bagian tubuhnya yang sakit.
"Itu keras banget..."
"Telinganya merah."
"Mundur, mundur semua."
KAMU SEDANG MEMBACA
✔️ OCTAGON 2: SEX, PARTY AND ROCK 'N ROLL (ATEEZ BXB SMUT)
Fiksi PenggemarOctagon dan The Overload menyelam pada dunia di dalam lingkaran dalam yang lebih luas. Semua berpusat pada sex, pesta dan rock n' roll. Walau sebenarnya, semua adalah tentang kekuasaan. Starts : January 18th, 2023