Octagon 2 - 124 : Dirusak dan Merusak Pt. 2

379 44 68
                                    

"Narkoba di bulan ini, lalu Maret, April, Mei dan Juni." Hongjoong mencoba untuk kembali, menjelaskan pada mereka, apa yang hendak dikatakannya. "Tentu kalian pasti berpikir, setelahnya bagaimana? Apa lagi yang bisa diberikan, benar, bukan?"

Yudhatiya dan Yudhistira kembali ke duduknya.

Ketika Hongjoong, kembali ke meja bersama koper tersebut, sembari tersenyum, sangat puas. Lalu Hongjoong meraih sesuatu di meja lain balik tubuhnya.

Ada beberapa tumpuk kertas dan juga pulpen.

Hongjoong segera menunjuk tiga orang, untuk mendekat padanya. "Edward, Arman dan Jordan, boleh bantu gue?"

Ketiga yang dipanggil, tanpa ragu lagi, segera mendekat pada Hongjoong. Hongjoong memberikan secarik kertas berukuran A5 tersebut, beserta beberapa pulpen pada mereka dan kemudian tersenyum, menunjuk sopan.

"Coba bagikan dulu pada yang lain, ya?"

Dengan tidak mengerti, mereka tetap melakukan yang Hongjoong minta. Di saat Hongjoong memperhatikan, satu per satu dari mereka, dengan seringai di sudut bibirnya.

Jika alumni tahu bahwa Hongjoong akan melakukan ini, dengan garis bawah, seorang Hongjoong Rastafara, dengan ide ini, apa yang sekiranya akan menjadi reaksi mereka, ya?

Hongjoong harap, hal ini dapat terdengar pada lima angkatan termuda, agar mereka, bisa memilihnya. Sedikit tergerak, untuk memilihnya.

Karena siapa yang berani bermain risiko di sini, selain dirinya, hm?

.

.

.

"Saya datang bukan tanpa alasan. H. bilang, itu adalah kado selanjutnya untuk saya."

Selama Seonghwa menjelaskan, Seungwoo sama sekali tak menginterupsi. Hanya mencatat, seluruh point penting yang dirinya butuhkan, untuk potongan kisah itu.

"Di mana sebenarnya, bukan salahnya. Toh, saya tau, H. hanya ingin membahagiakan saya." Seonghwa tersenyum dalam rasa sakit, menjatuhkan air matanya lagi. "Sebelumnya, memang saya yang mengatakan pada H. bahwa saya menyukai sosok laki-laki yang berumur 15 tahun lebih tua dari saya itu. Seorang guru, yang sangat tampan dan begitu lembut, setiap pelajaran olahraga terhadap saya."

Tak ada sedikit pun Seungwoo tak fokus untuk mendengarkannya.

"Jadi sebenarnya saya tau, bukan salahnya. Tapi sebagian diri saya, tetap ingin menyalahkannya." Suara Seonghwa agak berbisik di sana.

Bagaimana pun juga, ini tentang membuka luka. Di posisinya, Seonghwa belum tahu, sejauh mana akan membukanya untuk Seungwoo.

Lanjutan dari Seonghwa masih berupa bisikan, begitu rapuh. "Karena dia pergi. Karena dia tak tinggal."

Seungwoo mencoba menatapnya lekat, secara tak menghakimi, dengan terdengarnya suara yang mulai gemetar tersebut.

"Sementara saya, waktu itu, berada di ambang kematian saya."

Air mata jatuh lagi.

Namun entah mengapa, Seonghwa merasa lebih rileks untuk menceritakannya.

Seolah semua bisa keluar... dengan mudah.

"Bahkan ketika saya diselamatkan dan di bawa pada seorang dokter, dengan beberapa bercak darah di paha dan betis telanjang saya, Dokter itu mengatakan bahwa... usus saya memiliki kemungkinan untuk robek, jika tidak dihentikan. Bahkan lecet dan lebam di bibir... maaf, bibir anal saya... sudah cukup parah, beliau bilang."

✔️ OCTAGON 2: SEX, PARTY AND ROCK 'N ROLL (ATEEZ BXB SMUT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang