Octagon 2 - 167 : Pemikiran Tersirat

469 49 99
                                    

Setelah mengikat kondom penuh dengan benihnya tersebut, juga membenahi celananya, Jongho menumpu satu lutut di hadapan Nagyung yang telah ia turunkan dan berdiri bersandar di hadapannya. Nagyung masih agak gemetar di kakinya. Sehingga Jongho, mendekat untuk mengecup lembut pahanya, sebelum merapikan rok jeans lebar yang Nagyung kenakan.

Nagyung merapatkan pahanya, juga lutut, tetapi tidak dengan kaki bagian bawahnya. Dirinya sendiri pun telah menaikan tali pakaiannya, untuk membuatnya terpasang sempurna di bahunya kembali.

Salah satu tali sepatunya lepas.

Jongho mengikatkannya untuk Nagyung, yang masih memerah malu, menggigit bibir bawahnya.

"Jongho..." panggilnya tipis.

Sedikitnya Jongho melirik, masih sembari mengikatnya. Memastikannya terikat kuat, sebelum berdiri, dan setelahnya, hendak merapikan rambut Nagyung, tapi langsung tersadar bahwa tangannya mungkin kotor.

Nagyung menatapnya sembari mengerucutkan bibir, tetapi kedua matanya membulat-dengan doe eyes dan kedua alis menjorok ke dalam. Ada jejak air mata tipis, yang setelahnya mampu membuat Jongho agak meringis.

"Aku harus cuci tangan dulu." Jongho menggenggam kondom di tangannya, sebelum mengulurkan satu tangan lainnya. "Di basement ini ada toilet gak?"

"Gak tau..." Nagyung berbisik tipis. "M-mau digendong..."

Agaknya Jongho terkejut dengan itu. "Digendong? Beneran mau?"

"Kaki Nagyung lemes... t-tadi langsung lemes... waktu kena..."

Jongho terkekeh kecil, sebelum mengangguk untuk berbalik, dan agak merendahkan tubuhnya. Bersiap untuk membiarkan Nagyung agak melompat, dengan lemah, di mana Jongho langsung menangkapnya.

Sembari meluruskan tubuh, Jongho pun menahan kedua kakinya. Begitu melewati sebuah tong sampai, ia langsung melempar bekas kondom itu ke sana, kemudian, kembali untuk memegang kedua kaki Nagyung dari balik lututnya.

"Kamu belajar kata-kata kayak gitu dari mana?"

"Dari... mantan aku..." jawab Nagyung, yang mana mulai menyamankan diri dengan menyandarkan pipi di bahu Jongho. "Nagyung diajarin banyak hal... soalnya... pertama kali Nagyung lakuinnya sama dia..."

Jongho mengernyit pelan. "Yang mana? Bukan Bomin, 'kan?"

"Bukan." Nagyung langsung memukul bahu lain Jongho yang kosong, sebelum berbisik kecil. "H-Hyunjin..."

"Ah... iya yang paling lama..." Jongho mengangguk, tak terbebani dengan gendongan itu, untuk membawa diri kembali menuju elevator tempat mereka datang. "Mungkin bakal agak kaget buat dengarnya, tapi Hyunjin ada di ibukota."

Sontak saja, Nagyung mengangkat wajah, untuk menatap Jongho dari samping. "M-masa?"

"Iya." Jongho mengangguk lalu menarik napasnya pelan. "Temenku, si Soobin, pernah ngomongin dia. Katanya kuliah di UnBada dan anggota band rock juga. Soobin itu suka sama musik rock, jadi tau yang underground, sama kayak Ovu dulu."

"Oh..." Nagyung berbisik pelan, sebelum menyandarkan pipinya kembali di bahu Jongho. "Kalau Nagyung minta saran... boleh gak...?"

Jongho menekan tombol elevator saat sampai, untuk menuju ke atas, dan menunggu, dari bagaimana angka menyala di bagian atasnya, mulai berubah untuk membawanya turun. "Bilang aja."

"Kan Nagyung mau kuliah tahun ini... sama Kak Hongjoong..."

"Lalu?" Jongho menunggu, sesekali mengusap kaki Nagyung pelan.

Nagyung tercicit, sebelum melesakan wajahnya pada permukaan leher Jongho, untuk 'bersembunyi'. "Rencananya IKN... t-tapi waktu itu, Nagyung gak sengaja dengar pembicaraan Kak Hongjoong dan Kak Saerom, kalau Kak Hongjoong minta Kak Saerom buat awasi daftar kuliahnya Nagyung ke IKN, k-karena Kak Hongjoong jadinya mau di Universitas Badasa..."

✔️ OCTAGON 2: SEX, PARTY AND ROCK 'N ROLL (ATEEZ BXB SMUT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang