"Yeonjun."
Panggilan dari Yeosang, serta bagaimana dirinya menahan pergelangan lengan lelaki itu, berhasil untuk menghentikan langkahnya. Dengan wajah datar, Yeonjun menoleh untuk melihat ke arah Yeosang yang menahan napasnya sejenak, untuk menatapnya.
Hari itu tanggal 9 Februari.
Seisi kampus tengah dipenuhi dengan adanya sebuah acara untuk Hari Valentine nanti. Ada sebuah booth untuk pembelian macam-macam pemberian, berupa satuan—misalnya cokelat, bunga, parfum, bahkan kondom—maupun hampers. Sehingga sekitarnya cukup padat, banyak sekali yang berlalu-lalang untuk apapun yang mereka pikirkan lima hari ke depan.
Karena itu, Yeosang memanfaatkannya untuk mengajak Yeonjun bicara. Disaat takkan mendapatkannya untuk di tempat sepi, Yeosang menggunakan tempat ramai agar tak terdengar.
Perlahan, Yeonjun berbalik sambil agak sedikit mengangkat topi yang dikenakannya. Hanya untuk melihat Yeosang lebih jelas.
Saat itu, Yeosang melepaskan pegangan tangan darinya.
"Kenapa?"
Yeosang mengambil waktu yang ia butuhkan, sebelum berucap. "Bisa tolong bujuk Wooyoung buat pulang? Sebentar?"
"Baru aja gue anterin sebelum ke kampus." Yeonjun menjawab sedikit dingin. "Gak perlu khawatir, gue sama Wooyoung juga gak ada apa-apa."
"Gue...?" Yeosang agak terperanjat dengan bagaimana cara Yeonjun bicara berubah.
Padahal seharunya, Yeosang tak perlu aneh lagi.
Pesan dari San meminta seluruhnya untuk pulang. Semula, Yeosang belum mau. Tetapi, Hongjoong juga mengirimnya pesan serupa, sehingga Yeosang memutuskan untuk melakukannya juga.
Dengan catatan dari Hongjoong, untuk membuatnya memastikan Wooyoung dan Yeonjun juga datang.
Maka dari itu, Yeosang di sini sekarang.
Perbedaan tubuh sekitar sembilan sentimeter itu, membuat Yeonjun menyentuh kedua bahu Yeosang, lalu meremasnya sembari agak merendahkan tubuh. Untuk membuat kedua mata mereka sejajar—bertemu. "Yeosang... gue gak tau kenapa kita gak bisa berhasil, tapi, tolong sampein ke Wooyoung, kalau dia gak bisa seenaknya mainin orang kayak gini."
"Kayak gini gimana...?" Yeosang agak tercicit mendengarnya. "Kamu yang pertama kali kayak gini. Kamu tiba-tiba sama Wooyoung dan—"
"Atau lo yang nolak pelukan gue di kamar itu, buat Jongho?" Yeonjun memotongnya, menatap dengan wajah terluka namun menantang. "Gue loh, Sang, yang coba nyelamatin lo waktu itu. Gue loh, bukan San, bukan siapapun. Tapi gue."
Yeosang membeku, bahkan ketika Yeonjun agak mengguncang bahunya.
"Lalu lo ninggalin gue buat Jongho, di kantin, ingat?" Yeonjun agak memiringkan wajah, seperti bicara pada anak kecil. "Ya, di sana, gue sama Wooyoung mulai ngobrol dan ternyata kami cocok."
Barulah, Yeosang tak bisa menahan bahwa tubuhnya gemetar. Walau Yeosang berusaha menggigit bibir bawahnya dari dalam mulut, tetapi tak bohong, cara Yeonjun menatap yang kini dengan seringai, menakutinya.
"Jadi, diantara yang terjadi ini, jangan mikir lo korban. Jangan mikir siapapun jahat." Yeonjun melanjutkan, dengan kedua tangan yang berpindah dari bahu Yeosang, menuju pipinya. "Lo yang dari awal gak bisa nentuin; antara gue atau Jongho. Sekarang? Gue lihat lo jadi deket sama Yunho, beberapa kali di kampus."
Yeosang mencoba melepaskan diri, namun hanya dari gerakan wajah, dan lehernya yang memendek.
Hanya saja, entah apa yang terjadi, Yeonjun terlihat terluka saat mengatakannya. "Lupa, siapa yang jemput lo di hotel itu? Atau lo keenakan dipake?"
KAMU SEDANG MEMBACA
✔️ OCTAGON 2: SEX, PARTY AND ROCK 'N ROLL (ATEEZ BXB SMUT)
FanfictionOctagon dan The Overload menyelam pada dunia di dalam lingkaran dalam yang lebih luas. Semua berpusat pada sex, pesta dan rock n' roll. Walau sebenarnya, semua adalah tentang kekuasaan. Starts : January 18th, 2023