Octagon 2 - 58 : Jeruk dan Anggur

465 47 74
                                    

Melihat Juyeon mengupaskan jeruk untuknya membuat San menahan tawanya.

Di hari tanggal 2 Februari, pada pagi hari itu, Juyeon telah datang dan membawa sekeranjang buah-buahan. Ada beragam macam, namun Juyeon memilihkan sebuah jeruk tanpa bertanya pada San. Lalu tiba-tiba mengupas kulitnya, sembari duduk di kursi samping ranjang San.

Kedatangan Juyeon sangat tepat dengan perginya Jongho dan Yeosang, yang kebetulan semalam berjaga. Kini keduanya pulang untuk pergi kuliah, dan Juyeon masih memiliki waktu sebelum berkumpul di agensi—memang bolos dari kelasnya.

"Nih." Setelahnya, Juyeon mengambil satu potong untuk menyuapkannya ke mulut San. "Jangan protes, anjing."

San terkekeh, menjadi menggodanya. "Jadi sayang lo sama gue?"

"Bilang makasih kek?" Juyeon menyodorkan kembali jeruknya.

Karenanya, San memilih untuk tak mempersulitnya dengan memakan buah dari suapannya tersebut.

Juyeon pun menghela napasnya, sembari perlahan mengambil potongan lainnya. "Kemarin gue sama Yunho dapat rumah sakit ini setelah muterin hampir 40 rumah sakit."

"Beruntung dong?" San masih mengajaknya bercanda. "Ini ibu kota kebagi 5 bagian, bayangin ada berapa banyak rumah sakit? Gue yakin lebih dari 150 sih."

Juyeon menyodorkan kembali sepotong jeruk, menatapnya datar. "Makanya lo bilang makasih, anjing."

"Makasih, sayang." San justru semakin menggodanya.

Tetapi Juyeon memiliki jurus lain untuk membalasnya. "Kayaknya kaki lo udah gak ada biusnya, ya? Gue tendang boleh kali?"

"Heh, tai." San mengumpat saat Juyeon tertawa. "Lo kasih gue waktu buat nerima kalau gue gak bisa jogging, gak bisa lompatin lima anak tangga sekaligus, gak bisa juga buat berenang lagi, bangsat."

Tawa Juyeon menjadi pelan—tahu bahwa dari kalimat yang dibuat tenang itu sebenarnya menyimpan kesedihan. Maka dari itu, Juyeon kembali menyuapkan potongan lain pada San. "Asal lo rutin terapi sih. Nanti gue anterin tiap check up."

San menatapnya tanpa berucap, tetapi sebenernya menahan tawa. Walau yang ia rasakan jauh di lubuk hatinya adalah, rasa terharu secara tiba-tiba.

Juyeon yang menangkapnya dengan lain langsung mengoreksinya. "Iya nanti gue nganterinnya gak naik motor. Kita naik taksi aja."

Kalimat itu agak membuat San terkesiap dalam kekehannya. "Lo tau gak sih? Yang ko bilang itu kurang lebih adalah hal yang sama yang gue lakuin ke Wooyoung, tau."

"Halah, Wooyoung." Juyeon tampak malas mendengar namanya. "Serius, gue lagi gak mau mikirin dia."

"Lo beneran sekecewa itu?"

Sebuah pertanyaan yang hanya membuat Juyeon menatap datar. "Lo pikir, selama tiga bulan, gue tuh ngasih apa ke Wooyoung? Jir, ternyata ngasuh hati tuh sesusah ini. Gue gak mau lagi ngerasain itu."

"Nyerah nih?" canda San.

Juyeon tak menjawab untuk beberapa detik, hanya menyuapkan jeruk lainnya pada San. San hampir menolak namun Juyeon memaksanya. "Gue cuma gak habis pikir, kenapa harus Yeonjun? Lo ngerasa ini semua pengkhianatan gak sih?"

"Jelas." San mengangguk. "Ke Yeosang."

"Makanya." Juyeon agak menunduk sesaat, memikirkannya. "Gue sampai mikir, loh, kok bisa orang yang gue suka malah lebih berengsek dari oada gue. Yeosang itu temennya dia, yang mana Wooyoung sendiri cerita pertemanan pertama mereka itu jalannya gimana."

San mencoba menyamankan posisi duduknya, sembari kemudian tersenyum miris ketika mengingat sesuatu. "Sebenernya gue juga pernah... dianggap ngasih harapan palsu ke Yeosang dan Wooyoung. Jelas, itu juga bikin pertemanan mereka agak renggang."

✔️ OCTAGON 2: SEX, PARTY AND ROCK 'N ROLL (ATEEZ BXB SMUT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang