Kamar itu terkunci rapat.
Enggan bagi Hongjoong untuk membiarkan siapapun mengganggu, setelah sesuatu yang selama ini ditahannya, pun sesuatu yang baru diketahuinya, begitu menggangu.
Ya, setidaknya Hongjoong bangga saat Yunho memperingatinya untuk tidak membahas sekarang, lantaran untuk menjaga perasaan Seonghwa. Bisa dikatakan, satu makian di dalam mobil itu berfungsi juga.
Yunho, harus diarahkan.
Sejujurnya Hongjoong agak khawatir bagaimana cara untuk menunjukan value dari Yunho, agar bisa terlihat untuk depan nanti. Tetapi semua itu urusan lain, bukan untuk dibahas sekarang.
Karena kini, di hadapannya, Mingi dan Seonghwa berdiri kaku, canggung dan tampak takut. Agak berjarak, dengan kasur di belakang tubuh mereka.
Perlahan, Hongjoong mengedik, untuk mengarahkannya pada kasur. "Duduk. Jangan tegang."
Walau hal itu tak membantu.
Seonghwa dan Mingi, benar-benar tegang sampai rasanya otot mereka kaku. Tetapi tak ada pilihan, selain mengikuti, selagi melihat bagaimana Hongjoong menggulung lengan kemejanya.
Tentu, Seonghwa hapal.
Kebiasaan Hongjoong jika marah dahulu; jika tidak membenarkan letak kacamata yang membingkai wajahnya, maka akan menggulung lengan pakaiannya.
Hanya saja, Mingi melihatnya berbeda.
Di mata Mingi, Hongjoong tengah mengadaptasi kebiasaan dari Hajoon, ketika siap untuk pembicaraan serius.
Hongjoong berdiri, di hadapan mereka, berjarak sekitar empat langkah. Segaris lurus dengan jarak dari Seonghwa dan Mingi duduk.
Masing-masing tahu ada yang harus dibicarakan.
Sehingga, Hongjoong yang memulai, terhadap Mingi, sesuai niat awal. Seharusnya, Seonghwa masih selamat, jika tak datang, di saat Hongjoong tengah menahan emosinya.
"Jadi gimana, Gi?" tanya Hongjoong, melihat bagaimana Mingi meremas ponselnya di atas paha. "Lo yang ngomong atau gue yang datangi Soobin lagi? Toh, gue gak peduli dia dilindungi berapa orang. Yang pasti, anak setan itu terlalu ikut campur di dalam ini."
Pertanyaan itu penuh kebuntuan.
Tak ada jalan lain; Mingi harus menjawabnya.
Maka dari itu, Mingi agak berdeham walau sepertinya napasnya berada di ujung. Tetapi, Mingi tak bisa membuat Hongjoong, lebih dari kecewa.
"Soobin tahu jelas kalau... bokap lo dan bokapnya itu... musuh." Mingi berhenti sebentar, ketika membutuhkannya. "Nyokap Soobin... dulunya budak, tapi dinikahin sama bokapnya. Untuk alasannya gue gak tau, tapi nyokapnya ngelola sebuah hidden club, di mana beliau memperkerjakan budak-budak yang gak punya masa depan itu."
Tatapannya lurus, tetapi Hongjoong mendengar dan merekamnya dalam ingatan secara baik-baik.
Sedangkan Mingi, menekan kuat, perasaan bersalahnya. "Gue tau tempatnya. Waktu itu... Soobin bawa gue ke sana dan sebenarnya Soobin udah pasrah kalau lo tau, di mana lo bisa ngasih tau keadaan ke bokap lo."
Hongjoong agak menaikan sudut bibirnya; artinya Mingi melindungi Soobin dan keluarganya, 'kan? Karena informasi itu tak pernah sampai sebelum hari ini.
"Gue gak tau apa bokap lo tau tentang lingkaran dalam atau enggak, tapi kayaknya... Soobin nganggap demikian."
Tidak membalas, Hongjoong hanya memperhatikannya lekat.
Mencoba untuk mengatur napasnya, Mingi melanjutkan. "Selain itu, informasi yang gue dapat selama dua bulan bareng Soobin..."
KAMU SEDANG MEMBACA
✔️ OCTAGON 2: SEX, PARTY AND ROCK 'N ROLL (ATEEZ BXB SMUT)
FanfictionOctagon dan The Overload menyelam pada dunia di dalam lingkaran dalam yang lebih luas. Semua berpusat pada sex, pesta dan rock n' roll. Walau sebenarnya, semua adalah tentang kekuasaan. Starts : January 18th, 2023