Octagon 2 - 98 : Harga yang Harus Dibayar

428 59 115
                                    

"Gak bisa?"

Pertanyaan dari yang lain membuat Seonghwa menggigiti jarinya sendiri; cemas sekaligus panik. Melihat bagaimana Jongho, tak bisa sama sekali menghubungi Hongjoong. Ketika jam sudah menunjukan pukul dua belas tepat, kabar dari Hongjoong masih tak didapat. Mengerikannya, sampai sekarang, tak tahu arah.

Namun para anggota lingkaran dalam tersisa, terutama Yunho, berusaha menenangkannya.

"Hongjoong pasti aman dengan Hajoon." Yunho mengusap punggungnya, di mana Seonghwa duduk bersamanya di sofa berukuran sedang, di ruang tengah itu.

Selagi Yeosang hanya menghela napasnya pelan, duduk diam. Seperti bagaimana yang lainnya juga berkumpul di sana—penghuni rumah dan anggota The Overload. Duduk di sofa atau juga berdiri, yang masih mereka berkumpul, tanpa dua orang yang saat itu berada di rumah namun tak ada urusannya dengan ini.

"Iya, seisi ruangan pertemuan juga dengar kalau Hongjoong bisa dibunuh, kecuali jika dia bersama Hajoon." Juyeon mengikuti, lalu menatap ponselnya sendiri dengan marah. "Yang jadi perkara; si kontol ini ke mana? Hongjoong titip pesan sama kita semua buat urus bangsat ini, tapi sampai sekarang kita gak tau?!"

Wooyoung agak ragu untuk bicara. "Tapi Juyeon... tadi kita lihat 'kan, kalau jam 11 lalu... Yeonjun buat live streaming di... bandara?"

"Tetep aja gue butuh jawaban ke Hongjoong." Juyeon menjawab dengan nada lebih turun, namun tetap menggerutu. "Anak setan..."

"Udah, udah." San, duduk kembali di kursi roda setelah Juyeon mengomelinya ketika datang kembali ke rumah beberapa jam lalu. Arahnya menatap berpindah ke arah Seonghwa. "Seonghwa, lo gak balik, 'kan? Stay di sini dulu?"

Yang ditanya segera mengangguk. "Iya."

"Nanti lo tidur di mana, ya? Soalnya kamar Hongjoong biar dipakai Kak Saerom sama Nagyung." San agak melirik ke arah pintu yang dimaksud, di mana kedua orang itu berada di dalamnya, tak ikut pembicaraan mereka. "Gue mau ambil ruang game. Tau sendiri gue gak bisa naik."

Juyeon, menendang pelan kursi roda San. "Sini gue gendong."

"Tai." San langsung mengumpat. "Lo tidur di kamar gue, sama Wooyoung dan Younghoon. Ini gue tetap harus mikirin lo semua tidur karena gue gak yakin kita punya kabar bagus saat Hongjoong balik."

"Udah biar Younghoon sama Seonghwa di kamar sama Wooyoung." Juyeon melirik sekilas pada Wooyoung yang menatapnya, sebelum ia berpindah pada San. "Gue di ruang game sama lo."

"Heh!" San menatapnya horor. "Lo ngapain sih deket terus sama gue?"

"Seonghwa di kamar gue aja." Mingi berucap, sekilas melirik pada Yunho. "Ada Yunho juga sih tapi—"

"Terus kenapa kalau ada gue?" tanya Yunho bingung.

Yeosang terus diam.

Sedangkan Jongho mendadak jengah. "Udah semua tidur di bawah aja. Semuanya; banyak sofa, banyak ruang. Di gudang storage juga ada kasur angin, bisa dipakai."

"Wah, ada yang punya kasur angin?" tanya San terkejut.

Wooyoung sedikit tertawa kecil. "Pemilik rumah waktu itu bilang loh, San. Ada kasur angin, bisa dipakai. Dua pula."

"Oh, gue gak tau tentang rumah berarti..." San tercicit.

Selagi Jongho, membalas lagi dengan sedikit decihan. "Kita memang gak pernah tau tentang keadaan rumah. Selalu aja ada kejutannya."

"Enough." Seonghwa mencoba menenangkan. "Perihal sekarang cuma dua; gimana keadaan Hongjoong dan gimana kabar Yeonjun. Toh kalian bilang... waktu yang dikasih buat Hongjoong pegang semua di jangkauannya cuma sampai tanggal 10 Februari, 'kan?"

✔️ OCTAGON 2: SEX, PARTY AND ROCK 'N ROLL (ATEEZ BXB SMUT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang