Seonghwa, mencoba menyamankan diri untuk duduk di sofa yang sebenarnya sangat empuk tersebut. Bahkan rasanya, sofa di rumah tak seempuk ini. Walau begitu, entah rasanya sulit sekali duduk berdua, berhadapan, di sebuah ruangan tertutup yang sebenarnya memiliki suasana hangat dan tenang, dengan orang asing.
Rasanya, ini agak membuatnya panik. Sedikit. Berdua dengan lelaki yang jauh lebih dewasa darinya.
Sekiranya berapa perbedaan umur mereka? Jika seumur Suzy... mungkin tujuh?
Seonghwa tak tahu.
Satu yang pasti, duduk Seonghwa begitu rapat. Memikirkan bahwa ia akan membuka semua pada orang lain, tiba-tiba membuatnya merasa tak nyaman.
"Coba tarik napas dahulu, Seonghwa." Seungwoo tersenyum, dengan ramah, dalam balutan kemeja berwarna biru muda, tak mengenakan jas sama sekali. "Kita saling panggil dengan nama depan, ya? Agar lebih akrab, agar lebih santai."
Seonghwa mencoba mengangguk, menenangkan dirinya.
"Tarik napas... pelan. Setiap kali merasa jantung kamu berdetak lebih cepat, coba hitung satu sampai sepuluh, sambil menarik napas dan menghembuskannya pelan." Seungwoo memberikan arahan dengan hati-hati. Menaruh lebih dahulu pena yang semula di pegangnya, di atas papan dadanya. "Kita bisa memulai, bisa juga berhenti, sesuai dengan keinginanmu. Ya?"
Lagi, Seonghwa mengangguk.
Seungwoo kemudian menaruh sebuah alat kecil, sebesar pemantik, dengan lampu merah berkedip menyala. Tepat di atas meja, antara keduanya.
"Saya izin merekam pembicaraan ini, ya?"
Seonghwa yang paham mengangguk pelan, lagi.
"Baik." Seungwoo tersenyum setelahnya. "Saya punya banyak sekali waktu yang kamu butuhkan. Jadi, coba untuk merasa santai."
"Iya..." Perlahan, Seonghwa mulai mengeluarkan suaranya. "Saya rasa... sudah siap... Dokter... Seungwoo..."
Seungwoo tersenyum, meraih penanya lagi. "Baik. Sebagai pemula, boleh saya tanya sesuatu dan kamu coba jelaskan?"
"Boleh..."
"Sebagai permulaan, coba menurut kamu, jika melihat dan berhadapan dengan saya dan kamu harus memperkenalkan dirimu dengan data, sejauh mana kamu mau memberi tahu saya?"
Seonghwa agak mengerjapkan matanya. Tak bohong, dadanya terasa tak nyaman. Bicara seperti ini, dengan keadaan menenangkan, justru membuatnya berantakan.
"Pelan saja. Tarik napas dan gunakan waktumu selama apapun."
"Uh..." Seonghwa mengulum bibir bawahnya. Mencoba untuk menatap Seungwoo, yang juga menatapnya dengan sangat teduh—terlihat seperti air tenang di sebuah danau sorot matanya. "Nama saya... Seonghwa Nial... Angkasa. Sekarang sudah ada di tahun ketiga akhir, sebagai mahasiswa Seni Teater, di Universitas Bakti Bangsa. Beberapa bulan lalu, baru diterima di Titik Koma Teater, salah satu mimpi saya... untuk menjadi anggota dari teater tingkat nasional. Uh... dan... saya lahir... tanggal 3 April... 2002..."
Sembari mencatatnya, Seungwoo terlihat agak bereaksi setelah Seonghwa menyebutkan tanggal lahirnya. Tetapi ekspresi itu berubah seketika, dalam sedetik, untuk menatap Seonghwa kembali dengan tenang.
"Baik. Sekarang coba... menurut kamu, apa yang menyenangkan dari bulan Januari?"
"Januari...?" Seonghwa agak bingung, tetapi selanjutnya, arah tatapannya agak naik ke langit-langit, untuk berpikir. "Januari... Januari itu awal tahun... biasanya... keluarga saya... pergi memancing di awal tahun. Ah, bukan. Di pergantian tahun. Lalu kami akan membakar ikan di pelabuhan..."
KAMU SEDANG MEMBACA
✔️ OCTAGON 2: SEX, PARTY AND ROCK 'N ROLL (ATEEZ BXB SMUT)
FanfictionOctagon dan The Overload menyelam pada dunia di dalam lingkaran dalam yang lebih luas. Semua berpusat pada sex, pesta dan rock n' roll. Walau sebenarnya, semua adalah tentang kekuasaan. Starts : January 18th, 2023