Octagon 2 - 103 : Kembali ke Rumah Singgah

364 49 70
                                    

Seonghwa menarik napas panjang sebelum mengetuk pintunya.

Ini adalah titik di mana Seonghwa pulang, ke rumah singgahnya, yang hampir ia jadikan sebagai rumah permanen. Di saat Seonghwa semula ingin mengubur diri, nyatanya, hatinya tahu kemana harus kembali.

Tak butuh waktu lama, pintu itu dibuka, oleh Lino, yang menatapnya sangat khawatir.

Seonghwa tahu, sangat tahu.

Maka perlahan, Seonghwa mendekat, untuk mendapatkan pelukan darinya. Secara pelan, sampai Lino yang menerimanya sendiri, untuk menariknya dan merengkuhnya.

Di sana Seonghwa menerima pelukan itu sembari menyamankan diri. Berusaha untuk menemukan kehangatan, yang sebenarnya sulit untuk hatinya rasakan, jika Seonghwa tak menyangkal.

Lino mengusap punggungnya secara lembut, dan hati-hati. Masih, takut melukainya.

Sementara Seonghwa, yang justru sadar bahwa ia yang melukai Lino.

"Aku putus, walau sebenarnya kami sudah putus sejak Oktober lalu." Seonghwa berucap secara pelan dalam pelukan itu. "Kemarin, kami benar-benar akhiri semua, tapi gak bohong, itu semua terjadi dengan seks."

Lino mendadak membeku.

Namun Seonghwa tetap melanjutkan dalam pelukan. "Di kampus, gak jarang aku dipanggil jalang, karena pada dasarnya, aku memang demikian. Aku tidur dengan banyak orang, di belakang pacarku yang dulu. Aku gak benar-benar ingat angkanya, tapi, itu puluhan, Lino."

Benar-benar, sampai pada usapannya pun terhenti.

Seonghwa sudah bertekad untuk membukanya, walau tak sepenuhnya. Tetapi cukup untuk harapannya membuat Lino tahu, bahwa ia bukan...

"Aku gak baik. Aku gak akan pernah baik buat kamu."

...siapapun untuk diharapkan seseorang untuk menjalani kehidupan sempurna yang bahagia.

Lino bisa, tetapi jangan berharap darinya.

"Aku bisa pergi kalau kamu minta, setelah aku buka ini." Seonghwa bicara kembali, pelan, sembari menekan wajahnya di bahu Lino sembari mengatakannya. "Aku juga bisa tinggal kalau kamu minta."

Tak ada jawaban pun juga gerakan.

Seonghwa memejamkan matanya rapat, meremas pakaian Lino yang bisa disentuhnya. "Yang pasti, aku gak akan ngelakuin yang aku lakuin dulu, kalau misalnya, aku terikat sama seseorang sekarang..."

Sentuhan itu terasa lagi, ragu, di punggungnya.

Seonghwa menjadikannya sebuah bisikan. "Karena udah cukup... aku gak mau menambah masalah teman-temanku..."

Di mana, sekitar lima detik setelahnya, Seonghwa bisa merasakan usapan lagi di punggungnya, dari Lino. Sebuah usapan yang sama lembutnya, sama hati-hatinya.

Dirasakan juga, Lino menoleh untuk melihatnya, dan hal selanjutnya yang Seonghwa dengar adalah, "udah makan belum? Hm?"

Seonghwa tak tahu bereaksi apa selain mengeratkan pikirannya.

:-:-:-:-:

Ketika Mingi sampai dan turun dari motornya, Soobin sudah berdiri di halaman luas rumahnya—yang bahkan akan cukup memakai langkah untuk berjalan kaki—membuka lengannya. Seolah sudah menunggu lama, sudah merindukan segalanya.

Tak bohong, Mingi tersenyum.

Secara cepat, Mingi melepas helmetnya, kemudian mendekat. Mendekat untuk membuat Soobin, memeluk tubuhnya secara erat.

✔️ OCTAGON 2: SEX, PARTY AND ROCK 'N ROLL (ATEEZ BXB SMUT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang